Suara.com - PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group) menggapai pendapatan bersih sebesar US$ 2.159,9 juta di sepanjang 2023, dengan posisi EBITDA mencapai US$ 130 juta di tahun lalu.
Posisi EBITDA tahun 2023 mengalami peningkatan 2.352 persen bila dibanding perolehan EBITDA sebesar US$ 5,3 juta pada 2022.
"Perseroan juga mempertahankan Liquidity Pool yang kuat pada tahun 2023 sebesar US$ 2,67 miliar yang terdiri dari Kas dan Setara Kas sebesar US$ 1.440 juta, Surat Berharga senilai US$ 1.029 juta, dan Fasilitas Committed Revolving Credit sebesar US$ 201 juta," kata Direktur Chandra Asri Group, Suryandi dalam keterangan resminya, ditulis Jumat (29/3/2024).
Dengan pencapaian itu, posisi aset Perseroan menjadi US$ 5.614,5 juta di tahun 2023 atau naik 13,9 persen dari posisi aset US$ 4.929,9 juta di tahun 2022.
Posisi aset itu terdiri dari porsi liabilitas dan ekuitas masing-masing menjadi US$ 2.620,5 juta dan US$ 2.993,9 juta di 2023.
Perubahan nama untuk mendukung ekspansi bisnis perusahaan
Suryandi menyatakan, Perseroan telah berganti nama dari PT Chandra Asri Petrochemical Tbk menjadi PT Chandra Asri Pacific Tbk di 2023.
Perubahan nama itu, kata dia, guna mendukung ekspansi bisnis Perseroan dari bisnis petrokimia menjadi sektor infrastruktur.
Ekspansi ini dimulai melalui anak perusahaan Chandra Asri Group, yakni Chandra Daya Investasi (CDI) yang mengakuisisi Krakatau Chandra Energi (sebelumnya dikenal sebagai Krakatau Daya Listrik) dan Krakatau Tirta Industri yang masing-masing merupakan bisnis energi dan air.
Baca Juga: Chandra Asri Group Beberkan Rencana Investasi Strategis Perusahaan ke Para Investor
Lanjut dia menyatakan, Krakatau Chandra Energi juga berinvestasi hingga US$ 200 juta untuk meningkatkan kepemilikannya di Krakatau Posco Energy (KPE) dari 10 persen menjadi 45 persen, serta rencana pembangunan pembangkit listrik baru berkapasitas 200 megawatt setelah menyelesaikan keputusan investasi.