Suara.com - Kondisi industri perbankan Tanah Air boleh dibilang cukup memperhatinkan pada awal tahun 2024 ini. Pasalnya hingga awal Maret 2024 sebanyak 7 bank mengumumkan tutup layanan kepada nasabah alias bangkrut.
Rata-rata bank yang mengalami masalah mayoritas adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Teranyar yang mendadak bangkrut adalah Bank BPR Aceh Utara dan izinnya langsung dicabut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 4 Maret 20224.
"Pencabutan izin usaha PT BPR Aceh Utara merupakan bagian tindakan pengawasan yang dilakukan OJK untuk terus menjaga dan memperkuat industri perbankan serta melindungi konsumen," tulis pengumuman OJK yang dikutip Jumat (8/3/2024).
Baca Juga: Suntik Modal Rp250 Miliar, BJBR Resmi Pegang Kendali Saham Bank Bengkulu
Tutupnya Bank BPR Aceh Utara menambah daftar panjang bank yang mengalami kebangkrutan. Sebelumnya BPR EDCCASH, Perumda BPR Bank Purworejo, BPR Pasar Bhakti Sidoarjo, BPR Usaha Madani Karya Mulia (UMKM), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Mojo Artho Kota Mojokerto, dan BPR Wijaya Kusuma telah lebih dulu tumbang.
Kebangkrutan sejumlah Bank BPR ini sejalan dengan pernyataan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa yang menyebut rata-rata bank BPR tumbang sebanyak 6-7 bank pertahun.
Yang menarik angka rata-rata bank BPR yang tutup tersebut sudah terjadi pada awal tahun ini sehingga potensi bertambahnya bank BPR yang akan tumbang kemungkinan akan lebih banyak.
Menurut Purbaya, masalah utama BPR mengalami kebangkrutan lantaran kesalahan tata kelola yang dilakukan manajemen.
“Berdasarkan investigasi saya, manajemen dari ujung ke ujung kacau,” ucapnya
Baca Juga: Isi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 2 Tentang Keuangan Syariah
Meski demikian Purbaya menjamin bahwa masyarakat tidak perlu khawatir uangnya akan hilang pada bank tersebut karena aset LPS mencapai Rp214 triliun sepanjang tahun ini.
"Kami punya aset Rp214 triliun, itu bisa dipakai. Ukuran kecil-kecil. Jadi, itu lebih dari cukup. Sekarang saja enggak sampai Rp1 triliun untuk sekian BPR, jauh di bawah itu,” ujarnya.