Suara.com - Krisis iklim telah menjadi salah satu tantangan paling mendesak yang dihadapi umat manusia saat ini. Salah satu akar penyebab krisis iklim adalah aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam sebagai energi untuk industri merupakan penyumbang utama emisi gas rumah kaca seperti karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Langkah tegas dan kolaboratif perlu diambil oleh negara, lembaga internasional, individu hingga sektor swasta untuk mengatasi krisis iklim.
L'Oréal Indonesia sebagai salah satu pelaku industri turut menaruh perhatian yang besar terhadap isu ini. Sejak tahun 2014, L’Oréal Indonesia mulai menggunakan energi terbarukan yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) PLN Kracak untuk pabriknya di Cikarang. Upaya tersebut masih berlanjut pada tahun 2017, di mana kantor pusat dan gudang L’Oréal Indonesia turut beralih menggunakan energi terbarukan.
Pada akhir tahun 2023, perusahaan semakin memperkuat komitmen lingkungannya untuk menghilangkan penggunaan gas dengan memasang boiler listrik sebagai teknologi pemanas yang lebih berkelanjutan untuk pabriknya. Selain sejalan dengan komitmen keberlanjutan perusahaan yaitu "L'Oréal for the Future" dan misi pemerintah Indonesia untuk mempercepat dekarbonisasi industri sebagai bagian integral dari target Net Zero Emission 2060 Indonesia, upaya transformasi ini sekaligus menjadi pencapaian pengadaan 100% energi terbarukan di seluruh situs operasionalnya.
Direktur Pabrik L'Oréal Indonesia, Hassan Asif menjelaskan, di tahun 2023, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk menghilangkan penggunaan gas di pabriknya, perusahaan mengadopsi teknologi inovatif untuk menggantikan bahan bakar tradisional yang menghasilkan emisi karbon seperti biomassa, gas, atau minyak bumi.
Baca Juga: Tom Lembong Benar! Bisnis Tambang Nikel Dunia Gelap, Glencore Tutup Pabrik
“Kami telah mengadopsi pendekatan dua arah untuk membatasi jejak karbon kami, mengurangi emisi dari lokasi industri kami dengan meningkatkan pengadaan energi terbarukan secara lokal, dan meningkatkan efisiensi energi yang selaras dengan Greenhouse Gas (GHG) Protocol. Kami percaya ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan aktivitas kami menghormati Batasan-batasan Planet dan target berbasis sains," katanya.
Hasan memastikan, pemasangan boiler listrik dipilih dengan cermat melalui studi mendalam yang dilakukan oleh konsultan keberlanjutan terkemuka, yaitu ENGIE Impact, Tractabel Engineering dan ERM (Environmental Resources Management).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Solusi Berkelanjutan ENGIE Impact, Ivan Li menjelaskan, pihaknya telah melakukan studi mendalam yang mengidentifikasi strategi, termasuk penerapan langkah-langkah efisiensi energi yang cepat dan beralih dari boiler gas ke boiler listrik yang menggunakan listrik ramah lingkungan untuk mencapai tujuan 100% energi terbarukan untuk L’Oréal Indonesia Plant.
"Keberhasilan penerapan langkah-langkah ini merupakan bukti dari peta jalan tingkat investasi yang telah ditetapkan sejak awal dan komitmen bersama antara organisasi kami untuk mempercepat upaya dekarbonisasi," ujarnya.
Hasan melanjutkan, dekarbonisasi adalah salah satu dari beberapa komitmen keberlanjutan dalam program "L’Oréal for the Future". Selain mempercepat pengadaan energi terbarukan, L’Oréal Indonesia juga mengembangkan keberlanjutan lainnya di pabriknya seperti memasang pendingin bertenaga angin, Pengolahan Air Limbah untuk memproses limbah dan menggunakannya kembali menjadi bahan bakar semen alternatif untuk industri semen. Dipastikannya, perusahaan telah mengoptimalkan penggunaan air di seluruh operasi pabrik kami sebagai bagian dari perjalanan kami untuk menjadi pabrik Waterloop pada tahun 2026.
Baca Juga: Wow, 3 Pabrik Hyundai Beroperasi di Indonesia Tahun Ini, Pasar Mobil Listrik Digempur Habis
"Dan kami pun turut melindungi keanekaragaman hayati di sekitar pabrik kami yang memiliki area hijau sebesar 37%. Dengan merangkul solusi inovatif, kami mengambil langkah proaktif dalam mengurangi dampak operasional terhadap planet ini,” urai Hasan Asif.
Komitmen L’Oréal Indonesia dengan tren konsumen terkini, di mana terdapat perubahan harapan dan perilaku konsumen yang signifikan terhadap kesadaran akan keberlanjutan lingkungan, dimana 88% dari kalangan muda menyatakan kekhawatiran mendalam tentang perubahan iklim. Lebih lanjut, 94% dari mereka turut mendorong perubahan struktural yang perlu dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta, dan 82% bahkan bersedia membayar ekstra untuk produk ramah lingkungan. Hal ini menyoroti adanya permintaan pasar yang signifikan untuk pilihan produk yang lebih berkelanjutan.
Presiden Direktur L'Oréal Indonesia, Junaid Murtaza mengatakan, sebagai pelopor industri kecantikan dan gerakan keberlanjutan, L’Oréal antusias menyambut seruan peningkatan kesadaran untuk produk dan praktik yang lebih ramah lingkungan oleh pemerintah maupun konsumen. Transisi L'Oréal Indonesia dalam pengadaan 100% energi terbarukan yang dimulai satu dekade lalu dan pemasangan boiler listrik inovatif baru-baru ini tidak hanya menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan, tetapi juga menunjukkan peran perintis L'Oréal dalam mendorong industri menjadi lebih berkelanjutan.
"Hari ini kami mengundang semua pemangku kepentingan untuk bergabung merayakan pencapaian ini di pabrik kami yang telah bersertifikasi halal dan merupakan yang terbesar di dunia, dimana pabrik ini menjadi pusat produksi tunggal untuk produk-produk perawatan kulit dan rambut kami di kawasan Asia Tenggara. Dengan kapasitas lebih dari 57% yang dialokasikan untuk ekspor ke 18 negara di seluruh dunia, hal ini menempatkan kami sebagai grup kosmetik net exporter di Indonesia. Di L'Oréal, misi kami adalah menciptakan kecantikan yang menggerakkan dunia, dan Indonesia," ucap Junaid Murtaza.
Dia menambahkan, L’Oréal juga berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat Indonesia disamping aktivitas bisnisnya. Kemajuan sosial ini tercermin melalui program-program perusahaan seperti L’Oréal-UNESCO For Women in Science dan L’Oréal Beauty for a Better Life, yang menyediakan pendanaan untuk perempuan peneliti dan menyediakan program pelatihan kecantikan intensif gratis untuk memberdayakan perempuan yang menghadapi hambatan sosio-ekonomi. Berbagai merek ikonik perusahaan turut mengambil peran aktif dalam mengatasi berbagai tantangan sosial melalui program-program brand cause seperti L’Oréal Paris StandUp Against Street Harassment, dan program kesadaran kesehatan mental seperti Maybelline Brave Together.
Melalui berbagai program sosial kemasyarakatan ini, perusahaan telah memberdayakan lebih dari 800.000 penerima manfaat di seluruh Indonesia. Pencapaian ini tentu tak luput dari dukungan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, mitra bisnis dan seluruh karyawan kami.
"Harapan kami untuk masa depan adalah bahwa kami ingin mengingatkan setiap orang bahwa isu lingkungan merupakan tanggung jawab bersama. Kami berharap dapat menginspirasi para pelaku industri terutama sektor swasta, untuk terus mengambil tindakan nyata dalam mewujudkan aspirasi kita bersama. Dengan upaya kolektif, kami optimis dapat mencapai tujuan yang ditetapkan untuk pengurangan emisi di Indonesia," tutup Junaid Murtaza.
Diapresiasi Pemerintah
Direktur Kimia Hilir Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Emmy Suryandari mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh L'Oréal Indonesia atas kepemimpinan strategisnya di industri kecantikan Indonesia untuk memenuhi permintaan produksi pasar domestik dan ekspor, sekaligus menjadi teladan dalam keberlanjutan operasional. Transisi L'Oréal ke sumber energi berkelanjutan mencerminkan pendekatan proaktif dalam meningkatkan daya saing Industri, pertumbuhan ekonomi, dan pelestarian lingkungan.
"Hal ini merupakan sebuah model yang sejalan dengan aspirasi Indonesia untuk sektor industri yang lebih berkelanjutan," ujar Emmy Suryandari.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Lautan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dasrul Chaniago. Kata dia, saat ini, kita semua tengah berusaha mencapai tujuan ambisius menuju Net Zero Emission 2060, upaya kolektif dari sektor industri dalam upaya dekarbonisasi menjadi sangat penting. Diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak terutama para produsen sektor swasta untuk turut mengadopsi solusi energi terbarukan. Di satu sisi juga merupakan kewajiban semua pemangku kepentingan industri untuk secara aktif mengintegrasikan teknologi rendah karbon dalam kerangka produksi mereka, sehingga memenuhi tanggung jawab kolektif kita sebagai penjaga lingkungan.
"Oleh karena itu, mari kita bersatu dalam perjalanan transformatif ini, memastikan warisan kemakmuran yang berkelanjutan untuk generasi mendatang," ajaknya.