Suara.com - Harga beras di pasaran masih tinggi. Di Pasar Induk Beras Cipinang, harga beras medium IR 64 per 5 kg rata-rata mencapai Rp 70.000, sedangkan beras premium mencapai Rp 80.000 per 5 kg.
Harga beras yang menjulang tinggi ini dikarenakan negara eksporti beras seperti India masih menutup kran ekspor. Padahal, 40 persen kebutuhan beras dunia disuplai dari India.
Tak hanya itu sejumlah negara Eropa seperti Jerman kini mulai beralih mengkonsumi beras ketimbang roti yang menjadi makanan pokok mereka.
"Sekarang saja (orang) Eropa jadi makan beras, aneh juga. Karena tadi biasanya dia makan gandum, sekarang makan beras. Biasanya makan roti jadi makan beras," kata Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita di Pasar Induk Beras Cipinang pada Rabu (28/2/2024).
Baca Juga: Warga Buton dan Baubau Menjerit, Harga Beras Tembus Rp 800 Ribu Per Karung
Dirinya pun mengklaim Bulog telah mengirimkan tim ke beberapa negara eksportir beras seperti Thailand dan Vietnam. Dari hasil investigasi, tim Bulog mendapati negara-negara Eropa ikut mengantri untuk membeli beras.
"Eropa ikutan borong beras di Thailand dan Vietnam. Ini menarik. Kami turunkan tim ke sana banyak yang beli dari Eropa," kata dia.
Dirinya juga menerangkan selain itu, faktor cuaca dan musim tanam yang tidak optimal juga turut menyumbang kenaikan harga beras.
"Cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa daerah sentra produksi padi juga menjadi salah satu faktor pendorong naiknya harga beras," ujarnya.
Untuk mengatasi tingginya harga beras, Bulog terus melakukan operasi pasar di berbagai daerah. Bulog juga akan mengimpor beras sebanyak 500.000 ton untuk menambah pasokan di dalam negeri.
Baca Juga: Harapan Pedagang Nasi Terlibat dalam Program Makan Siang Gratis: Bisa Serap Tenaga Kerja
"Bulog terus melakukan operasi pasar di berbagai daerah untuk menstabilkan harga beras. Kami juga akan impor beras sebanyak 500.000 ton," kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi beberapa waktu lalu.