Batu Bara Lesu, Laba Adaro Ikutan Susut 34 Persen

Jum'at, 01 Maret 2024 | 10:11 WIB
Batu Bara Lesu, Laba Adaro Ikutan Susut 34 Persen
Ilustrasi. Emiten tambang batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melaporkan penurunan laba bersih sebesar 34 persen sepanjang tahun lalu
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Emiten tambang batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) melaporkan penurunan laba bersih sebesar 34 persen sepanjang tahun lalu, penjualan batu bara yang lesu menjadi biang keroknya.

Sepanjang 2023 ADRO hanya mengantongi laba bersih senilai USD1,641 miliar pada tahun 2023, atau turun 34,17 persen dibanding tahun 2022 yang setara USD2,493 miliar.

Dampaknya, laba per saham diatribusikan kepada pemilik entitas induk melorot ke level USD0,05309 per lembar pada akhir tahun 2023. Sedangkan di akhir tahun 2022 berada di level USD0,08032 per helai.

Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir melaporkan, pendapatan usaha sepanjang tahun 2023 tercatat senilai USD6,517 miliar. Hasil itu turun 20 persen dibanding tahun 2022 yang menembus USD8,102 miliar.

Baca Juga: FIF Catat Rekor Laba Bersih Rp 4,1 T, Pertama Kali Sejak Berdiri

Pasalnya, nilai ekspor batu bara kepada pihak ketiga turun 23,9 persen secara tahunan menjadi USD5,282 miliar pada tahun 2023.

Senasib, penjualan batu bara ke pasar dalam negeri kepada pihak ketiga menyusut 5,8 persen secara tahunan menjadi USD825,36 juta.

Tapi pendapatan jasa pertambangan kepada pihak ketiga naik 18,6 persen secara tahunan menjadi USD140,82 juta pada tahun 2023.

Senada, penjualan batu bara kepada pihak berelasi di dalam negeri melonjak 86,4 persen menjadi USD207,62 juta.

Sayangnya, beban pokok penjualan turut membengkak 15 persen secara tahunan menjadi USD3,98 miliar.

Baca Juga: Laba Bersih Divisi Otomotif PT Astra International Tbk pada 2023 Meningkat 18 Persen

Salah satu pemicunya, biaya royalti kepada pemerintah yang dibayarkan PT Adaro Indonesia (AI) naik 19 persen secara tahunan menjadi USD1,466 miliar pada tahun 2023.

Lalu, biaya penambangan dan biaya pemrosesan juga naik 17,9 persen secara tahunan menjadi USD1,32 miliar pada tahun 2023, akibat kenaikan volume sebesar 22 persen pada pengupasan lapisan penutup menjadi 286,35 juta bcm, dan nisbah kupas 4,35x, atau 16 persen lebih tinggi dari tahun 2022 maupun target.

Dampaknya, laba kotor turun 45,4 persen secara tahunan menjadi USD2,537 miliar pada tahun 2023.

Namun demikian, Garibaldi Thohir menyatakan senang dengan pencapaian yang melampaui target tahun 2023, terutama skala volume produksi dan efisiensi operasional yang semakin mendukung kemajuan Grup Adaro.

Ia merinci, ADRO mencatat kenaikan 7 persen pada volume penjualan hingga menjadi 65,71 juta ton, melampaui target volume penjualan yang ditetapkan berkisar 62 – 64 juta ton.

“Namun, seiring harga batu bara kembali normal, pendapatan perusahaan turun 20 persen menjadi USD6,518 miliar karena penurunan 26 persen pada harga jual rata-rata (ASP),” terang dia dalam keterangan resmi, Kamis (29/2/2024).

Lebih lanjut dia bilang, Investasi pada bisnis-bisnis non batu bara termal juga memperlihatkan perkembangan yang baik.

Tahun 2024 ini, ADRO memulai konstruksi smelter aluminium di kawasan industri di Kalimantan Utara, dan meletakkan batu pertama untuk pembangkit listrik tenaga air, juga di Kalimantan Utara.

Selain itu, diversifikasi ke bisnis batu bara metalurgi juga mencapai hasil yang baik, dengan batu bara metalurgi meliputi 17 persen dari pendapatan tahun 2023,” terang dia.

Selanjutnya, ADRO memasang target volume penjualan sebesar 65 juta ton sampai 67 juta ton pada tahun 2024.

Target itu meliputi 61 juta ton sampai 62 juta ton batu bara termal, dan 4,9 juta ton sampai 5,4 juta ton batu bara metalurgi dari anak usaha.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI