Suara.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati ikut merasa waspada terhadap kenaikan harga beras akhir-akhir ini. Sri Mulyani mencatat, kenaikan harga beras telah mencapai 7,7 persen year to date (ytd).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini memandang, naiknya harga beras ini bisa berdampak terkereknya inflasi terhadap volatile food.
"Hingga 21 Februari, beras kita telah mencapai rata-rata harga di angka Rp 15.175. Ini yang memberikan kontribusi terhadap inflasi volatile food di dalam headline inflasi kita," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta seperti dikutip dari Antara, Jumat (23/2/2024).
Baca Juga
Masih Awal 2024, Pemerintah Sudah Ngutang Rp 107,6 Triliun
Baca Juga: Awal Tahun, Pendapatan Negara dari Kripto Tembus Rp39,13 Miliar
Sri Mulyani memaparkan, pada Januari 2024 saja, inflasi terhadap volatile food telah mencapai 7,2 persen.
Kendati demikian, dirinya menilai tingkat inflasi di Indonesia masih aman, bahkan lebih rendah dibandingkan negara-negara maju.
"Inflasi di Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara negara maju maupun inflasi secara global. Dalam hal ini, inflasi yang rendah masih terjaga hingga awal tahun. Meskipun kita juga waspada terhadap kenaikan harga beras bulanan yang mencapai 7,7 persen year to date," kata dia.
Selain beras, Sri Mulyani juga mewaspadai harga bahan pokok lainnya seperti bawang putih, cabai merah, daging ayam, dan telur ayam jelang ramadan.
"Tentu ini menjadi tantangan menjelang Idul Fitri, juga puasa Ramadhan, maka volatile food harus bisa segera distabilkan. Agar headline inflasi kita masih bisa terjaga rendah pada saat inflasi dunia dan negara maju juga mengalami penurunan (inflasi)," pungkas Bendahara Negara tersebut.
Baca Juga: Kerugian Indonesia Bisa Capai Rp544 Triliun, Sri Mulyani Beri Peringatan Keras!