Suara.com - Nilai tukar rupiah masih terlalu lemah melawan dolar AS, di mana masih merosot pada awal perdagangan Kamis (22/2). Pelemahan rupiah ini imbas adanya rilis notulensi Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat (AS) Januari 2024.
Notulensi mengungkapkan bahwa mayoritas anggota tetap bank sentral AS atau The Fed berhati-hati mengenai waktu penurunan suku bunga kebijakan AS atau Fed Funds Rate (FFR).
Kurs rupiah dibuka terjungkal 20 poin atau 0,13 persen menjadi Rp15.655 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.635 per dolar AS.
"Rupiah dibuka melemah seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global akibat beragamnya sentimen pasar AS," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede seperti dikutip dari Antara di Jakarta.
Baca Juga: Masih Tunggu Real Count KPU, Rupiah Lagi-lagi Bertekuk Lutut Terhadap Dolar AS Pagi Ini
Baca Juga
Siapkan Uang Lebih! Harga BBM Terancam Naik di Bulan Maret
Anggota FOMC setuju bahwa tingkat suku bunga kebijakan telah mencapai puncaknya, namun mereka khawatir mengenai konsekuensi dari penurunan suku bunga yang terlalu cepat.
"Kekhawatiran ini bertepatan dengan data inflasi di level konsumen dan produsen yang jauh lebih tinggi dari perkiraan, serta laporan ketenagakerjaan yang cenderung solid," kata Josua.
Di sisi lain, beberapa anggota FOMC sepakat untuk memperlambat fase Quantitative Tightening (QT) untuk memperlancar transisi kebijakan moneter. Namun, mereka masih belum jelas tentang proses berakhirnya QT.
Sinyal yang kurang dovish dari The Fed mendorong kenaikan imbal hasil (yield) US Treasury (UST). Yield UST tenor 10 tahun naik empat basis poin (bps) menjadi 4,32 persen.
Baca Juga: Rupiah Kembali Merosot Terhadap Dolar AS pada Pagi Ini
Sementara dalam negeri, Bank Indonesia (Bl) mengumumkan pada Rabu (21/2) untuk mempertahankan suku bunga Bl-Rate pada 6 persen, dan menegaskan kembali bahwa BI akan tetap mempertahankan suku bunga tersebut setidaknya hingga paruh kedua tahun 2024. Pernyataan Bl tersebut menjadi sentimen positif bagi pergerakan rupiah.
Volume perdagangan obligasi pemerintah membukukan Rp17,37 triliun pada Rabu (21/2), lebih rendah dibandingkan volume perdagangan Selasa (20/2), sebesar Rp20,12 triliun.
Kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia turun Rp3,63 triliun menjadi Rp836 triliun, atau sebesar 14,59 persen dari total beredar pada 20 Februari 2024.
Josua memproyeksikan rupiah akan berada di rentang Rp15.600 per dolar AS sampai dengan Rp15.700 per dolar AS pada perdagangan hari ini.