Suara.com - Masa Kampanye telah usai, para pasangan calon presiden (capres) telah wara-wiri ke berbagai daerah berkampanye dengan penerbangan privat atau private jet. Namun, rangkaian kampanye paslon capres-cawapres ini menyisakan emisi karbon yang tinggi.
Padahal, para paslon capres-cawapres berlomba menyampaikan program untuk mengurangi emisi karbon dalam rangka memerangi krisis iklim jika mereka terpilih. Akan tetapi, kenyataannya, hal itu berbanding terbalik dengan emisi yang mereka keluarkan sepanjang saat masa pemilu.
Berdasarkan data Trend Asia, hanya dalam kurun waktu 92 persen hari kampanye, jejak emisi karbondioksida (Co2) yang ditinggalkan oleh ketiga pasangan calon mencapai 1.276.342 kg dari pemakaian penerbangan privat (private jet).
"Jejak karbon dari tiga paslon ini sangat tinggi terkait pemakaian pesawat, sehingga jelas berkontribusi memperparah pemanasan global," ujar Direktur Program Trend Asia, Ahmad Ashov Birry dalam keterangannya, Selasa (13/2/2024).
Baca Juga: Beda Sikap 3 Kubu Paslon Capres-Cawapres Usai Film 'Dirty Vote' Dirilis
Baca Juga
Usai Jokowi Gencar Bagi-bagi Bansos Pangan, Kini Beli Beras Dibatasi
Private jet memiliki daya rusak lebih besar jika dibandingkan moda transportasi lain. Ia lebih berpolusi karena emisi penerbangan dihitung berdasar jumlah penumpang, semakin sedikit jumlah penumpang, maka semakin jejak karbon per individu semakin tinggi.
Data ini menunjukan bahwa seharusnya penanganan emisi sektor transportasi seperti penerbangan private menjadi perhatian para kandidat sebagai langkah untuk menekan GRK.
Dalam hal ini, Trend Asia melakukan pemantauan terhadap ketiga pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden untuk melihat dampak aktivitas selama kampanye terhadap lingkungan. Fokusnya adalah pada emisi Karbondioksida dari penerbangan yang mereka gunakan berupa private jet, helikopter, dan pesawat komersial carter.
Metode pemantauan data penerbangan ini dengan mencocokkan jadwal dan lokasi kampanye Pilpres 2024 dari masing-masing paslon dengan bandara terdekat atau lapangan terdekat untuk melihat kedatangan dan keberangkatan pesawat tersebut.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Puji Film Agak Laen Setinggi Langit, Ernest Prakasa Sesumbar: Capres Buzzer Kami!
Pemantauan dilakukan sejak kampanye dimulai pada 28 November 2023 sampai 4 Februari 2024 atau selama 69 hari kampanye (92% hari kampanye). Jumlah perjalanan udara yang kami analisa sebanyak 235 kali dengan berbagai tipe pesawat dengan total jarak tempuh 174.108,37 Kilometer (Km). Semuanya penerbangan domestik.
Tidak semua perjalanan dapat dianalisis karena keterbatasan data penerbangan dan adanya upaya menyembunyikan data pesawat yang digunakan di domain publik. Kami menduga data penerbangan tersebut lebih banyak dari data yang tersaji untuk publik. Apa yang tersaji ini adalah puncak dari gunung es emisi penerbangan kandidat.
Baca Juga
Nasib BBM Pertalite Ke Depan Terungkap: Bakal Dicampur Bioetanol, Tapi...
"Seharusnya mereka bisa memakai pesawat komersial atau moda alternatif lain yang mungkin dan lebih rendah emisi untuk mengurangi jejak karbon selama kampanye sekaligus untuk menunjukkan komitmen serta arah transisi energi ke depan," imbuh Ahmad
Jumlah total estimasi emisi karbondioksida penerbangan tiga paslon selama kampanye ini setara dengan emisi penerbangan yang dihasilkan oleh sekitar 37.539 orang di Indonesia6 atau lebih banyak dari emisi penerbangan yang dihasilkan seluruh penduduk Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat dengan asumsi emisi penerbangan per kapita di Indonesia sebanyak 34 kg.
"Terjadi ketimpangan emisi di mana perjalanan semua paslon ini menghasilkan CO2 setara dengan emisi penerbangan domestik warga satu kabupaten di Papua. Ini sebuah ironi. Para paslon membicarakan masa depan Indonesia di atas private jet, sehingga mereka berjarak dari penderitaan rakyat. Masa depan Indonesia dibicarakan di atas kemewahan yang jauh dari situasi sehari-hari rakyat," pungkas Manajer Riset Trend Asia, Zakki Amali.