Gubernur Bank Sentral Israel Was-was Ekonomi Negaranya Ambyar Gara-gara Perang

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 12 Februari 2024 | 17:36 WIB
Gubernur Bank Sentral Israel Was-was Ekonomi Negaranya Ambyar Gara-gara Perang
Benjamin Netanyahu saat berjabat tangan dengan suksesornya Naftali Bennet. (Foto: AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ekonomi Israel dikabarkan mulai terguncang akibat kebijakan militer yang frontal di tengah serangan masif mereka ke wilayah penduduk sipil di Gaza dan Rafah.

Terkait hal ini, Gubernur Bank Sentral Israel, Amir Yaron berkilah ekonomi negaranya terganggu dan menegaskan akan segera pulih dari dampak serangan ke Palestina.

Meski demikian, ia menggarisbawahi perlunya pemerintah Israel mengatasi masalah yang dihadapi, terutama setelah lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat kredit negara tersebut.

Yaron menekankan pentingnya memperbaiki kepercayaan pasar dan lembaga pemeringkat di Israel. Menurutnya, hal ini merupakan langkah kunci yang harus diambil oleh pemerintah dan Knesset untuk mengatasi tantangan ekonomi yang terungkap dalam laporan Moody's.

Baca Juga: Jubir Prabowo Jawab Fedi Nuril Terkait Kerja Sama Israel, Dibanjiri Komen Nyelekit

"Di masa lalu, kita telah berhasil pulih dengan cepat menuju kemakmuran. Perekonomian Israel memiliki kekuatan untuk menghadapi tantangan saat ini dan memastikan pemulihan yang sama," jelasnya, seperti yang dilaporkan oleh Reuters, dikutip pada pada Senin (12/2/2024).

Sejak serangan militer Israel ke Gaza pada Oktober 2023, Gubernur Bank Sentral Israel, Yaron, telah terus mendorong pemerintah untuk menjaga kedisiplinan fiskal dan mengurangi pengeluaran yang tidak terkait dengan respons Israel terhadap kelompok Hamas.

Moody's juga memotong peringkat kredit Israel untuk pertama kalinya menjadi "A2", yang masih lima tingkat di atas "investment grade" dari A1, sementara prospek kreditnya tetap negatif. Langkah ini menunjukkan bahwa kemungkinan penurunan lebih lanjut masih ada.

Dalam laporannya, Moody's menyoroti risiko politik dan fiskal yang signifikan dari konflik tersebut, dan menyatakan bahwa defisit anggaran Israel diperkirakan akan jauh lebih besar daripada yang sebelumnya diprediksi sebelum terjadinya perang.

Israel terancam terjerat utang, yang kemungkinan akan mengakibatkan pemangkasan anggaran dan peningkatan pajak guna mengendalikan defisit anggaran yang semakin tidak terkendali jika kondisi ini berlangsung lama.

Baca Juga: Menyala Fedi Nuril! Tanya ke Prabowo Kabar Kerja Sama Pertanian dengan Israel

Selain itu, Moody's juga menyampaikan bahwa rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2025, yakni sebesar 67%, dibandingkan dengan 62,1% pada tahun 2023.

S&P Ratings juga berpotensi menurunkan peringkat kredit Israel jika konflik dengan Hamas meluas. Para pejabat pemerintahan Netanyahu sebelumnya telah menyetujui revisi anggaran negara tahun 2024 yang menambahkan puluhan miliar syikal untuk mendanai perang dan memberikan kompensasi kepada mereka yang terkena dampak. Revisi ini juga meningkatkan defisit anggaran tahun ini menjadi 6,6% dari PDB, dari sebelumnya 2,25%.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI