Eks Mendag Jokowi soal 'Dirty Vote': Bukan Dokumenter Tapi Kampanye Terselubung Ya!

Senin, 12 Februari 2024 | 14:08 WIB
Eks Mendag Jokowi soal 'Dirty Vote': Bukan Dokumenter Tapi Kampanye Terselubung Ya!
Film dokumenter berjudul Dirty Vote yang mengungkap desain kecurangan Pemilu 2024. (tangkapan layar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mantan Menteri Perdagangan era Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Muhammad Lutfi angkat suara soal film dokumenter "Dirty Vote' yang saat ini heboh diperbincangkan publik.

Lutfi pun menuding film ini bukan karya dokumenter tapi seperti kampanye terselubung.

"Dirty Vote bukannya dokumenter, ini lebih mirip kampanye terselubung kelihatannya," kata Lutfi dalam akun instagramnya dikutip Senin (12/2/2024).

Lutif pun menuding aktor dibalik film Dirty Vote tersebut cenderung telah memihak salah satu Paslon tertentu.

Baca Juga: Panduan Lengkap Cara Mencoblos Tanpa Undangan C6 di Pemilu 2024

"Bukti membuktikan jelas, mulai dari kru nya hingga sutradaranya, terang-terangan mendukung capres lain, berlaga sebagai aktivis yang ingin berbicara tentang negara, padahal mereka mendukung Paslon tertentu," jelasnya.

Muhammad Lutfi menegaskan bahwa hal tersebut bukan pendidikan, melainkan suatu propaganda untuk menjelekkan Presiden Jokowi.

"Berhati-hatilah dengan yang mengklaim sebagai aktivis, namun sejatinya pendukung capres lain," katanya.

Sebelumnya Rumah produksi WatchDoc merilis film dokumenter bertajuk "Dirty Vote" di masa tenang kampanye, film ini berisi dugaan kecurangan yang terjadi dalam proses Pemilu 2024.

Dalam film ini, tiga pakar hukum seperti Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari mengupas upaya kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif dalam film tersebut. Ketiga sosok ahli hukum itu selama ini juga aktif dalam gerakan antikorupsi.

Baca Juga: Skakmat TKN Prabowo, Putri Gus Dur Soal Dirty Vote: Percaya? Ya Iyalah

Adapun WatchDoc pernah merilis film-film dalam momentum pemilu. Pada 2014, mereka meluncurkan film Ketujuh. Lalu pada 2017, menjelang Pilkada DKI Jakarta, mereka menerbitkan Jakarta Unfair. Pada Pilpres 2019, ada film Sexy Killers.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI