Menurut Reynaldi, terdapat beberapa persoalan yang membuat harga beras yang tak kunjung menyentuh HET ini. Pertama, dia menilai pemerintah tidak serius dalam pengelolaan perberasan sejak musim tanam tahun 2022 sampai saat ini. Sehingga produktivitas beras kita datanya simpang siur.
"Kedua kami mendorong agar sinkronisasi data antara beras yang di sebarkan di masyarakat di gunakan untuk bansos dan yang disebarkan untuk pedagang pasar itu penting untuk keberlangsungan pasar agar harga dipasar tidak tinggi," jelas dia.
Reynaldi meminta, agar pemerintah berhati-hati dengan lonjakan beras dan sulitnya beras di dapati di pasar tradisional. Hal ini penting, tambah dia, sebab ini momen politik, sehingga banyak beras yang di ambil diluar pasar tradisional atau produsen besar.
"Ini yang harus di jaga oleh pemerintah untuk ke depan," pungkas dia.