Suara.com - Energi hijau khususnya listrik hijau makin diminati masyarakat pada tahun 2023. Hal ini terlihat dari penjualan Renewable Energy Certificate (REC) PLN yang laris manis pada tahun 2023.
Tercatat, selama tahun 2023 penjualan REC PLN mencapai 3,54 TWh atau naik dibandingkan pada tahun 2022 sebesar 1,76 TWh.
Direktur Eksekutif CESS (Center for Energy Security Studies) Ali Ahmudi Achyak mengatakan, energi hijau memang sangat dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan zaman.
"Pentingnya REC sebagai langkah dekarbonisasi, terutama di sektor industri dan bisnis, dijelaskan sebagai respons terhadap tuntutan zaman. Produk yang dihasilkan melalui energi bersih menjadi kunci daya saing industri saat ini," ujarnya di Jakarta yang dikutip, Rabu (7/2/2024).
Baca Juga: PLN Indonesia Power Sinkronisasi Pasokan Listrik dari BMPP Nusantara 1 ke Sistem Ambon
Baca Juga
Ahok Sindir IKN Jokowi, Sebut Setiap Jengkal Tanahnya Dibayar Geng-Geng!
Diketahui, REC adalah layanan yang diberikan oleh PLN kepada pelanggan untuk memudahkan mereka memperoleh pengakuan atas penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) secara transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional. Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt-hour (MWh) yang digunakan berasal dari pembangkit EBT atau nonfosil.
Hingga akhir 2023, lebih dari 269 pelanggan telah memanfaatkan REC PLN, di mana sektor industri dan bisnis di wilayah Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan DKI Jakarta menjadi pengguna terbanyak.
Ali menyebut, terdapat enam pembangkit PLN yang siap menyuplai listrik hijau untuk pelanggan REC, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Jawa Barat, PLTP Lahendong di Sulawesi Utara, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru di Sulawesi Selatan , PLTP Ulubelu di Lampung, PLTA Cirata di Jawa Barat dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Lambur di Jawa Tengah.
Menurutnya, banyak hal yang telah dilakukan PLN untuk mencapai net zero emissions/NZE pada 2060.
Baca Juga: PLN Indonesia Power Sukses Operasikan 4 PLTU 100% Biomass Firing
"PLN itu sudah mengambil langkah yang luar biasa terkait transisi energi. Bahkan pada 2040, PLN sudah menargetkan 75% pembangkit mereka itu akan berubah ke energi terbarukan," imbuh dia.
Ali melihat, kekinian PLN sedang gencar melakukan transisi energi dengan sejumlah cara antara lain dengan co-firing, menggenjot pemanfaatan gas, serta menambah kapasitas pembangkitan listrik melalui geothermal, angin dan matahari.
"Hal itu membuat pembangkitan listrik makin hijau dan perusahaan tersebut bisa mencapai NZE dalam waktu cepat. Perlu diketahui, kosep NZE adalah menyeimbangkan penggunaan energi fosil dan nonfosil. Bukan meniadakan penggunaan energi fosil ya," kata dia.
Baca Juga
Pemerintah Stop Salurkan Bansos Beras, Wamen BUMN Buka Suara
Ali menjelaskan, PLN sudah memprogramkan antara lain dengan melakukan co-firing yang mengurangi konsumsi batubara dengan dicampur secara perlahan komposisinya dinaikkan dengan biomasa.
Dia menambahkan, ada 52 pembangkit listrik dari 114 pembangkit yang yang sudah siap membangkitkan listrik dengan co-firing. "Lebih khusus lagi di Sumatera dan Jawa yang sekitar 28 pembangkit listrik," pungkas Ali.