Gegara Murah Hingga Spesifikasi Sesuai, KCI Pilih Impor KRL dari China Dibanding Jepang

Achmad Fauzi Suara.Com
Selasa, 06 Februari 2024 | 18:53 WIB
Gegara Murah Hingga Spesifikasi Sesuai, KCI Pilih Impor KRL dari China Dibanding Jepang
Ilustrasi KRL Jakarta atau commuter line tengah melintas. (Foto: Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT KAI Commuter atau KCI buka suara lebih memilih impor KRL baru dari China dibanding Jepang. Salah satu alasan lebih memilih impor KRL baru dari China karena harganya lebih murah.

Harga ini jika dibandingkan dengan harga kereta produksi perusahaan Jepang, J-TREC, dan juga dua perusahaan Korea Selatan (Korsel), yakni Wojin dan Dawonsys.

"Kalau pengadaan di perusahaan kita bisa rekomendasi beberapa untuk kita bisa melihat perbandingannya," ujar Corporate Secretary PT KAI Commuter Anne Purba dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (6/2/2024).

Batalnya impor KRL Baru dari Jepang, bilang Anne, juga disebabkan karena pihak Jepang menaikkan harga KRL. Alhasil, KCI berpaling ke China untuk mendatangkan saran KRL baru.

Baca Juga

Daftar Tarif Baru Kereta Cepat Whoosh, Paling Murah Rp 150 Ribu

"September memang ada kita dipanggil RDP, tetapi Oktober proposal yang kami terima dari Jepang memang mengalami kenaikan. Sehingga perlu ada membandingkan dengan yang lain," jelas dia.

Nemun demikian, Anne memastikan, spesifikasi KRL asal China tak kalah dengan KRL Jepang. Bahkan, dia mengklaim spesifikasi KRL produksi CRRC Qingdao sesuai dengan permintaan KCI.

"Ada spesifikasi teknis yang sangat mendekati ya dari CRRC. Karena dia memang produksi benar-benar sesuai kebutuhan kita. Kalau yang daru Korea, mayoritas mereka masih menggunakan alumunium. Kalau kita kan sudah stainless steel," jelas dia.

Baca Juga: Siap-siap Para Anker! KAI Akan Datangkan Sarana KRL Baru dari China

"Contohnya AC, AC untuk kapasitas secara teknis di Singapura, Malaysia, China, Jepang, itu berbeda-beda. Dan ini yang mereka sesuaikan kondisinya dengan Indonesia. Jadi ada beberapa hal, termasuk ruang bebas, penggunaan pra sarana, dan lain-lain, itu diasesmen semuanya," sambung Anne.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI