Genjot Pengembangan Kawasan Industri, Pelindo Bangun Hub Logistik dan Rantai Pasok di Kuala Tanjung

Iwan Supriyatna Suara.Com
Rabu, 31 Januari 2024 | 09:43 WIB
Genjot Pengembangan Kawasan Industri, Pelindo Bangun Hub Logistik dan Rantai Pasok di Kuala Tanjung
Kawasan Industri Kuala Tanjung (KIKT).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah langkah strategis diambil PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo untuk mempercepat pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung (KIKT) yang terintegrasi dengan Pelabuhan Kuala Tanjung.

Kawasan yang terletak di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, ini dibangun dan dikelola PT Prima Pengembangan Kawasan (PPK), anak perusahaan Pelindo.

Kawasan Industri Kuala Tanjung ini hanya berjarak satu kilometer dengan Pelabuhan Kuala Tanjung.

“Tahun lalu, PT Prima Pengembangan Kawasan sudah membebaskan lahan seluas 57 hektare dalam satu hamparan,” kata Direktur Utama Subholding PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) Joko Noerhudha ditulis Rabu (31/1/2024).

Baca Juga: Bidik Perluasan Market di Sulawesi, PGN Canangkan Pasok Gas di Kawasan Industri Mongondow

Mulai awal Tahun 2024, PT PPK akan fokus pada pekerjaan pembersihan lahan dan pematangan lahan yang sudah dibebaskan.

“Ini merupakan tahap pertama dari tiga fase pengembangan KIKT,” ujar Joko menambahkan.

Dua fase berikutnya adalah pekerjaan pembangunan pintu gerbang dan jalan masuk, serta fase pekerjaan infrastruktur dasar.

Bersamaan dengan pengembangan kawasan industri tersebut, PT PPK juga gencar mempromosikan dan memasarkan KIKT melalui berbagai forum kegiatan investasi.

Salah satunya adalah dalam North Sumatera Invest Promotion Forum 2023 di Jakarta pada 21 Agustus 2023 lalu.

Baca Juga: Pelindo Turut Membangun Indonesia Timur Melalui Makassar New Port

“Pelabuhan dan industri yang terintegrasi akan membuat industri jauh lebih efisien karena tidak ada lagi additional cost yang dikeluarkan untuk transportasi,” kata Direktur Utama PT Pelindo (Persero) Arif Suhartono.

Selain itu, pengiriman barang ke pelabuhan maupun dari pelabuhan juga jauh lebih cepat.

Arif Suhartono menjelaskan, Pelindo akan terus mendorong terjadinya well-connected ecosystem antara pelabuhan dengan kawasan industri (hinterland) untuk memperlancar arus barang.

“Salah satu tujuannya adalah menciptakan biaya logistik yang lebih efisien dan mendorong penguatan ekonomi kawasan,” kata Arif lagi.

Untuk mengembangkan KIKT, Pelindo mengambil sejumlah langkah strategis. Pertama, Pelindo berencana meningkatkan kepemilikan saham di PT Prima Tangki Indonesia (PTI) sebagai langkah awal menjadikan Kuala Tanjung sebagai transhipment hub untuk produk curah. Saat ini, PT Pelindo memiliki 20 persen saham di PT PTI.

Perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi dan pergudangan ini memiliki tanki timbun dengan kapasitas total sebesar 100 ribu metrik ton (MT). Sejak akhir November 2019, PT PTI resmi menjadi Penyelenggara Pusat Logistik Berikat. Status ini akan menguntungkan pelanggan karena berbagai fasilitas dan kemudahan, terutama di bidang kepabeanan dan perpajakan.

Selain itu, kata Arif menjelaskan, Pelindo juga sedang menjajaki kerja sama pemanfaatan lahan Kawasan Industri Kuala Tanjung dengan PT IBC (PT Indonesia Battery Company), dan kerja sama potensial di Kuala Tanjung dengan Zhejiang Provincial Seaport Investment & Operation Group Co. Ltd. (China).

Pengembangan Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala Tanjung ini melibatkan PT Prima Multi Terminal –anak perusahaan PT Pelindo Multi Terminal—yang mengelola pelabuhan dan PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) yang membangun KIKT. Pelabuhan Kuala Tanjung sekarang fokus pada pengelolaan produk curah.

Dalam jangka panjang, Pelabuhan Kuala Tanjung dan Kawasan Industri Kuala Tanjung akan menjadi Indonesia Logistic and Supply Chain Hub. Potensi pasarnya memang sangat besar, terutama dari industri minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya seperti minyak goreng, fatty acid, fatty alcohol, palm kernel, dan produk campuran biodiesel.

Saat ini, banyak perusahaan sawit yang memiliki pabrik di Kuala Tanjung. Beberapa di antaranya adalah PT Multimas Nabati Asahan (Grup Wilmar) dan PT Dombas Mas. Selain itu, ada sejumlah pabrik pengolahan logam seperti PT Inalum (Persero), PT Dairi Prima Mineral, dan PT Asahan Aluminium Alloys.

Ditambah lagi, Kuala Tanjung sudah terkoneksi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei. Jaraknya hanya sekitar 43 kilometer. Sejumlah perusahaan sudah memiliki pabriknya di Sei Mangkei, di antaranya PT Unilever Oleochemical Indonesia, PT Industri Nabati Lestari, anak perusahaan PTPN III dan IV, serta PT Pertamina Gas, dan PT Pertamina Power Indonesia.

Saat ini, KEK Sei Mangkei sudah terhubung dengan Kuala Tanjung melalui jalur kereta api dan jalan tol Tebing Tinggi-Parapat. Jalur kereta api ini merupakan hasil kerja sama PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Pelindo (Persero) dan PTPN III (Persero). Jalan tol dan jalur kereta api tersebut menjadi tulang punggung perekonomian Sumatera Utara yang baru.

Pelabuhan Kuala Tanjung yang dibangun sejak Januari 2015 dan mulai beroperasi pada April 2018 ini memiliki kedalaman -16 LWS dan dermaga 500X60 meter. Hal ini memungkinkan kapal berbobot sampai 100 ribu DWT berlabuh di sana. Pelabuhan ini juga dilengkapi trestle yang menghubungkan wilayah darat dengan pelabuhan sepanjang 2,8 km dengan lebar 18,5 m.

Lokasi Pelabuhan Kuala Tanjung juga sangat strategis karena terletak di jalur pelayaran utama Selat Malaka. Terminal di Pelabuhan Kuala Tanjung memiliki kapasitas 400 ribu TEUs (Twenty-Foot Equivalent Units) kontainer per tahun, 1,2 juta ton curah cair per tahun, dan 250 ribu ton general cargo per tahun.

“Capaian throughput di Kuala Tanjung hingga November 2023 meningkat dibandingkan capaian Januari-November 2022 sebesar 101 persen,” kata Direktur Utama PMT Rudi Susanto.

Total Throughput pada Januari-November 2023 mencapai 64.090 TEUs, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 63.519 TEUs.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI