Kapan Pertama Kali Hilirisasi Nikel di Indonesia: Momentum dan Dampaknya

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 30 Januari 2024 | 18:12 WIB
Kapan Pertama Kali Hilirisasi Nikel di Indonesia: Momentum dan Dampaknya
Presiden Joko Widodo (keempat kiri) menekan tombol didampingi Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia (ketiga kiri), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif (kelima kanan), Menteri BUMN Erick Thohir (kiri), Sekretaris Kabinet Pramono Anung (keempat kanan), Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail (kedua kanan), Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati (ketiga kiri) dan Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru (kedua kiri) saat groundbreaking proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Kawasan Industri Tanjung Enim, Tanjung Lalang, Tanjung Agung, Muara Enim, Sumatera Selatan, Senin (24/1/2022). [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu kata yang sedang sering muncul belakangan ini mungkin adalah hilirisasi. Kembali terangkat berkat debat capres dan cawapres dalam rangka Pemilu 2024, tidak sedikit yang kemudian penasaran kapan pertama kali hilirisasi nikel dilakukan di Indonesia.

Indonesia dikenal  memiliki sumber daya alam yang melimpah, dan nikel adalah bahan yang banyak diperlukan dalam perindustrian internasional. Hilirisasi kemudian dilakukan dalam rangka menambah nilai nikel yang dimiliki Indonesia di pasar internasional, dengan menghentikan ekspor nikel mentah.

Apa Artinya Hilirisasi?

Hilirisasi nikel merupakan sebuah proses pengolahan nikel mentah menjadi produk akhir yang memiliki nilai tambah, dan dapat diperjualbelikan dengan harga lebih tinggi. Nilai ekonomi yang meningkat ini diharapkan dapat membawa manfaat untuk masyarakat.

Baca Juga: Jokowi Disindir Butet Kartaredjasa Saat Kampanye Ganjar-Mahfud, Begini Reaksi Istana

Dorongan hilirisasi sendiri sejalan dengan kebijakan pembatasan ekspor komoditas yang telah diambil oleh pemerintah beberapa tahun yang lalu. Hilirisasi juga dinilai dapat menciptakan lapangan kerja baru yang jumlahnya besar, sebab pabrik dan fasilitas pengolahan nikel ini akan memerlukan SDM yang tidak sedikit dari masyarakat.

Dengan total 23% cadangan nikel dunia yang dimiliki Indonesia, tentu proses ini menjadi krusial agar nilai ekonomi yang diperoleh negara pada sumber daya yang dimilikinya dapat membawa manfaat maksimal.

Selisih nilai ekspor bijih nikel dan produk akhir nikel cukup besar, bahkan setelah dipotong dengan berbagai biaya produksi dan pengolahan bahan mentah menjadi produk akhir yang tengah digalakkan pemerintah belakangan ini.

Diinisiasi 2019, Dimulai Sejak 2020

Sebenarnya pemberlakuan pelarangan ekspor bijih nikel mentah dilakukan per 1 Januari 2020 lalu. Namun demikian masa peralihan telah dilakukan sejak bulan September hingga Desember 2019. hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan pada pelaku bisnis guna beradaptasi.

Baca Juga: Pernyataan Keras Kakak Megawati Sebut Jokowi 'Gampang Mau Diapain', Pihak Istana Sepakati Ucapan Ganjar, Apa Itu?

Hal ini dibarengi dengan pembangunan beberapa puluh fasilitas smelter nikel yang ada di berbagai daerah di Indonesia, sebagai tindak lanjut atas hilirisasi yang dilakukan. Meski harus diwarnai dengan kabar kecelakaan kerja yang terjadi di sebuah smelter beberapa waktu lalu, namun nyatanya pengolahan nikel terus dilakukan dengan semua konsekuensinya.

Tidak sedikit yang mengabarkan bahwa sejatinya hilirisasi ini justru membawa kerugian bagi Indonesia secara umum. Namun di sisi lain banyak juga yang membela bahwa keuntungan yang diperoleh berupa keuntungan jangka panjang, yang tidak bisa secara instan terjadi.

Kontributor : I Made Rendika Ardian

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI