Suara.com - Pendidikan sepertinya masih menjadi barang mewah di negeri ini. Anggaran pendidikan yang saban tahun naik justru membuat biaya pendidikan itu makin mahal. Kritik tentang biaya pendidikan yang mahal baru – baru ini gencar disuarakan oleh para netizen.
Salah satu pemicunya adalah biaya uang kuliah tunggal (UKT) di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang viral. Biaya yang tinggi membuat banyak mahasiswa menunggak UKT. Namun, alih – alih membuat kebijakan pro mahasiswa, manajemen kampus justru menggandeng Danacita, sebuah platform pinjaman online (pinjol) sebagai solusi.
Namun, bukannya mendapatkan solusi, para mahasiswa itu justru menghadapi masalah lain yakni bunga pinjol yang tinggi. Sejumlah gambar tangkapan layar transaksi pinjol diunggah netizen di Twitter.
Tampak cicilan yang dibebankan kepada mahasiswa bisa berlangsung antara 6 atau 12 bulan. Bahkan dalam cuitan lainnya, memperlihatkan proses peminjaman dana serta cicilan yang harus dibayarkan setiap bulannya dengan bunga bulanan platform sekitar 1,75 persen ditambah dengan bunga persetujuan mencapai tiga persen.
Anggaran pendidikan nasional pun banyak disentil oleh netizen. Akun @philtaufiq menyebutkan anggaran pendidikan mencapai 20% dari APBN, tahun ini angkanya Rp660,8 triliun.
Namun, biaya pendidikan makin mahal, sementara gaji guru dan dosen masih gitu – gitu saja. Saya nggak paham di bagian mana ini yang keliru. Apakah anggarannya kurang atau pengelolaannya yang ngga bener?”
Cuitan itu pun ditimpali dengan pendapat serupa dari netizen. “Masalahnya Kemendikbudristek bukan cuma ngurusin perguruan tinggi, tapi sampai sekolah bahkan PAUD, jadi anggaran 660 T itu ngga dipakai buat kampus doang. Ya buat beasiswa, buat pelatihan, dana Bos, dan banyak lagi,” tulis @yogi******setya.
Anggaran Pendidikan 2024 Ditambah
Saat membuka Konfrensi Kampus XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia di Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur pertengahan Januari 2024 lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa anggaran pendidikan tahun 2009-2024 mencapai Rp6.400 triliun. Sementara dana abadi LPDP saat dibuka Rp1 triliun, di 2023 mencapai Rp139 triliun.
Baca Juga: Belum Selesai Soal ITB Tawarkan Bayar UKT Sistem Pinjol, Kini Heboh Mahasiswa Jual Beli Mata Kuliah
Jokowi sendiri berencana menambah alokasi anggaran pendidikan dengan tujuan memperkuat sektor riset dan meningkatkan rasio penduduk Indonesia yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat S-2 dan S-3, yang saat ini masih sangat rendah. Sebaliknya, Jokowi tak menyinggung strategi untuk memperkuat biaya pendidikan jenjang sarjana atau S-1.
Rasio penduduk yang telah menyelesaikan pendidikan S-2 dan S-3 di Indonesia hanya sekitar 0,4 persen. Jauh tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai angka 2,43 persen, dan negara maju bahkan mencapai 9,8 persen.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni