Jokowi Dinilai Serampangan Soal Keputusan Impor 3 Juta Ton Beras, Petani Sakit Hati

Selasa, 23 Januari 2024 | 16:19 WIB
Jokowi Dinilai Serampangan Soal Keputusan Impor 3 Juta Ton Beras, Petani Sakit Hati
Ilustrasi. Pekerja menurunkan beras impor asal Vietnam milik Perum Bulog di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/12/2022). [ANTARA FOTO/Galih Pradipta].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kritikan tajam datang dari Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa atas keputusan pemerintah Jokowi yang bakal melakukan impor beras 3 juta ton untuk memenuhi kebutuhan stok dalam negeri pada 2024.

Dwi menilai keputusan ini serampangan tanpa membaca data.

Diskusi Core Indonesia
Diskusi Core Indonesia

"Ini kami sampaikan sebagai kepututsan impor yang serampangan, tanpa dasar, tanpa data, tanpa perhitungan," kata Dwi dalam sebuah diskusi bertajuk 'Outlook Ekonomi Sektor-sektor Strategis 2024' yang diselenggarakan oleh CORE Indonesia di Tebet, Jakarta Selatan pada Selasa (23/1/2024).

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pemerintah akan mengimpor kembali 3 juta ton beras pada 2024 untuk mengatasi defisit beras dampak dari El Nino.

Baca Juga: Namanya Disebut Gibran, Ini Sederet Contekan Tom Lembong untuk Pidato Jokowi di Forum Internasional

"Beras itu tahun kemarin kita impor sekitar 3,5 juta. 3 juta sudah masuk, 500 ribu diharapkan masuk di bulan Januari ini," kata Airlangga saat ditemui dalam acara penyerahan bantuan pangan beras di Garut, Sabtu (20/1/2024) dikutip dari Antara.

Dia menambahkan, "Pemerintah sudah memutuskan untuk impor juga di tahun ini 3 juta ton, di mana 2 juta sedang berproses di Bulog," katanya.

Padahal kata Dwi dampak dari El Nino tidak terlalu berdampak besar bagi produksi beras nasional. Nyatanya, kata dia, penurunan produksinya hanya 0,65 persen

Alhasil keputusan ini membuat sakit hati para petani. Padahal kata dia tahun ini ada potensi kenaikan produksi padi antara 3 hingga 5 persen. Produksi beras juga diperkirakan naik 0,9 hingga 1,5 juta ton.

"Jadi, permintaan untuk sebagia besar produk pertanian itu sifatnya inelastis. Jadi, kalau stok besar, pasti akan menjatuhkan harga yang lebih besar daripada kenaikan stok tersebut," pungkasnya.

Baca Juga: Food Estate Prabowo yang Diklaim Berhasil Gibran Ditepis Guru Besar IPB: Gagal Total!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI