Suara.com - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) meramalkan pertumbuhan sektor ritel akan mengalami kenaikan tipis sebesar 3,7 hingga 3,8 persen secara year on year (yoy) pada tahun 2024, dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2023 yang mencapai 3,6 persen, asalkan pelaksanaan Pemilu berlangsung kondusif.
"Kami memperkirakan pertumbuhan keseluruhan sekitar 3,7-3,8 persen pada tahun 2024. Meskipun naik sedikit dibandingkan dengan tahun 2023, tetapi ada peningkatan karena adanya kontribusi dari LNPRT (Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga). Kita berharap bisa mendekati angka 4 persen pada tahun 2024, namun tentu saja itu bergantung pada kondisi yang terjaga, jika tidak, maka kemungkinan akan berkebalikan," ujar Roy Nicholas Mandey, Ketua Aprindo, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/1/2024) kemarin.
Menurut Roy, konsumsi dari LNPRT, yang merupakan partai politik, menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya kinerja sektor ritel.
Namun, ia menekankan pentingnya penyelenggaraan Pemilu berjalan dengan kondusif karena hal tersebut akan berdampak pada kepercayaan para investor.
Baca Juga: Detik-detik Anies Baswedan Dipeluk Pria Kampung Bayam Sambil Nangis
"Dengan kata lain, Pemilu memberikan kontribusi positif terhadap sektor ritel, asalkan Pemilu berlangsung dengan kondusif. Dalam tiga pekan mendatang, kita akan menghadapi pesta demokrasi, dan banyak investor yang masih menunggu perkembangan. Semua ini sangat tergantung pada kondusifitas pelaksanaan pesta demokrasi kita," ujarnya, dikutip dari Antara.
Lebih lanjut Roy menyampaikan faktor lain yang turut mendorong kinerja ritel di 2024 adalah konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga yang menjadi penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Bruto.
Hal itu, disebutnya, perlu diiringi dengan keberhasilan pemerintah untuk menjaga ketersediaan pangan. Bila tidak terjaga karena terlena dengan pesta demokrasi, tentu akan berdampak pada stok cadangan pangan pemerintah.
Catatan lainnya adalah perlunya menjaga kebijakan populis, fiskal dan moneter. Jika BI rate diputuskan menjadi 6 persen, maka Roy memprediksi besaran bunga akan naik karena perbankan akan turut akan menaikkan suku bunga yang kemudian akan berdampak pada penurunan daya beli.
Begitu juga dengan dampak dari ketegangan geopolitik yang masih belum mereda di awal 2024 ini. Salah satu yang dinilai Aprindo harus diantisipasi adalah harga minyak mentah dunia yang naik menjadi 75-79 dolar AS per barel.
Baca Juga: Rekomendasi Bawaslu Sudah Diterima, Pemprov DKI Belum Putuskan Sanksi Gibran, Ada Apa?
“Kalau terjadi keramaian lagi geopolitik selain Gaza, Yaman, maka bisa diprediksi harga minyak per barel bisa di atas 100 dolar AS. Kalau sampai 150 dolar AS itu perfect storm karena pasti akan menaikkan harga makanan akibat kenaikan biaya logistik,” pungkasnya.