Suara.com - Saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE), perusahaan pertambangan bijih nikel di Kabupaten Konawe Utara Sulawesi Tenggara resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), Selasa (9/1/2024) lalu.
Daftar pemegang saham NICE saat ini masih dikuasai oleh LX International Corp sebagai pemegang saham pengendali NICE yang baru (melalui PT Energy Battery Indonesia).
LX International Corp akan memiliki 60% saham NICE dengan harga perolehan sama dengan harga IPO. Hadirnya PT LX International Corp merupakan strategi untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui pengelolaan sumber daya perusahaan dalam ekosistem dan rantai pasok industri pengolahan nikel dan baterai kendaraan listrik.
IPO NICE dan dukungan dari LX International Corp sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mendukung rencana jangka panjang Indonesia terkait hilirisasi industri nikel, dan berpartisipasi dalam inisiatif global ESG.
Baca Juga: Saham Apple Merosot Drastis, iPhone 15 Series Kurang Laris?
Perusahaan berharap NICE sebagai perusahaan publik akan berperan dan berpartisipasi aktif dalam pengelolaan dan pengolahan sumber daya alam yang berkelanjutan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.
Sebelumnya, NICE melepas sebanyak 1,21 miliar saham atau 20% dari total modal yang disetor penuh setelah IPO. Saham dimiliki pemegang lama atas nama PT Sungai Mas Minerals sebanyak 608,20 juta saham dan PT Inti Mega Ventura sebanyak 608,20 juta.
Namun kini lantaran seluruh saham yang ditawarkan dalam penawaran umum perdana saham merupakan milik para pemegang saham penjual, maka seluruh dana hasil penawaran umum akan diterima oleh para pemegang saham penjual dan NICE tidak menerima dana hasil penawaran umum tersebut.
Jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO ini adalah sebanyak 1.216.404.000 saham yang merepresentasikan 20% kepemilikan NICE dengan harga penawaran Rp. 438 per lembar saham sehingga nilai IPO NICE adalah Rp. 532,78 miliar, dengan kapitalisasi pasar saham NICE mencapai Rp 2,66 triliun.
Selama proses penawaran umum, minat investor di porsi penjatahan terpusat cukup tinggi hingga terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribed sebanyak 15,72 kali. Besarnya minat terhadap saham NICE mengindikasikan bahwa investor publik merespons positif potensi kinerja perusahaan ke depannya.
Baca Juga: Skandal Kecurangan Daihatsu, ASII Sebut Hanya Kempit 31,87% Saham ADM
“Kami bersyukur IPO NICE dapat berjalan dengan lancar dan sukses berkat dukungan dari manajemen, karyawan, lembaga dan profesi penunjang pasar modal, investor pasar modal, serta arahan dari Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia. Aksi korporasi ini sangat penting untuk mewujudkan visi NICE sebagai pemain unggul dalam pertambangan dan pengolahan nikel di Indonesia dengan mengedepankan world-class mining standards,” kata Presiden Direktur NICE, Stevano Rizki Adranacus kepada wartawan setelah seremoni pencatatan saham NICE di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (9/1/2023).
Saham NICE juga telah mendapatkan penetapan sebagai Efek Syariah. Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor: KEP-89/PM.02/2023 tentang Penetapan Saham PT Adhi Kartiko Pratama Tbk sebagai Efek Syariah.
Dalam proses IPO NICE tersebut, penjamin pelaksana efek dilakukan oleh PT KB Valbury Sekuritas, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. dan PT UOB Kay Hian Sekuritas.
Setelah tercatat di Bursa Efek Indonesia, NICE juga akan memulai fase baru dengan masuknya LX International Corp sebagai pemegang saham pengendali NICE yang baru (melalui PT Energy Battery Indonesia).
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni