Suara.com - Masyarakat Indonesia patut lebih banyak bersyukur lantaran harga BBM di dalam negeri cenderung stabil meski beberapa kali mengalami kenaikan. Pemerintah juga terus memberikan BBM subsidi sejak lama.
Berbeda dengan Indonesia, harga BBM di Kuba diprediksi akan mengalami kenaikan hingga 500% mulai 1 Februari 2024 sebagai langkah untuk mengatasi defisit anggaran yang disebabkan oleh impor lebih banyak bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.
Kenaikan tarif tersebut mencakup BBM reguler yang awalnya seharga 25 peso (sekitar Rp 6.904) per liter menjadi 132 peso (sekitar Rp 36.453), serta BBM premium dari 30 peso (sekitar Rp 8.285) per liter menjadi 156 peso (sekitar Rp 43.081).
Menteri Perekonomian Kuba, Alejandro Gil melalui keterangan resminya mengatakan, keputusan ini terpaksa dilakukan karena Kuba tidak dapat mempertahankan harga BBM yang paling murah di dunia jika dibandingkan dengan harga di negara lain.
Baca Juga: ESDM Tetapkan Formula Baru Harga BBM Subsidi, Begini Rinciannya
Usai adanya kabar ini, warga berduyun-duyun mendatangi SPBU untuk membeli BBM sebelum naik harga.
Kondisi ekonomi Kuba memperlihatkan penyusutan sebesar 2% pada tahun 2023, disertai tingkat inflasi mencapai 30%. Pada akhir bulan lalu, pemerintah Kuba menyatakan bahwa mereka tidak dapat lagi menjual BBM dengan harga subsidi karena kekurangan mata uang asing dan masih berada di bawah embargo Amerika Serikat (AS) selama puluhan tahun.
Selain kenaikan harga BBM, biaya listrik juga mengalami peningkatan sebesar 25% untuk konsumen utama di daerah pemukiman, dampak dari naiknya harga gas alam.
Kuba, sebagai negara pulau dengan 11 juta penduduk, mengalami krisis ekonomi sejak runtuhnya blok Soviet pada tahun 1990-an, yang semakin diperparah oleh pandemi COVID-19, sanksi AS yang lebih ketat dalam beberapa tahun terakhir, dan masalah struktural yang ada.
Baca Juga: Daftar Harga BBM Non Subsidi Pertamina Terbaru Bulan Desember 2023