Suara.com - Ketua Laboratorium Penelitian Konversi Energi Listrik ITB Agus Purwadi menilai, program biofuel sudah sukses karena mampu mengurangi kebutuhan impor minyak.
“Saat ini program berbasis biofuel yang sudah cukup sukses dapat mengurangi kebutuhan impor cukup besar di antaranya program B35 yang akan dinaikkan ke B40,” ujarnya dilansir dari Antara, Kamis (11/1/2024).
Sementara itu, Ketua Kelompok Riset Green Fuel sekaligus Perekayasa Ahli Utama BRIN Unggul Priyanto mengatakan, biofuel yang dihasilkan dari minyak nabati merupakan alternatif yang menjanjikan untuk bahan bakar fosil.
Melalui pengembangan teknologi biofuel yang maju, maka terdapat kesempatan untuk mengurangi emisi karbon dalam sektor transportasi.
Baca Juga: Ulasan Buku 'Blowout', Mengungkap Sisi Gelap Industri Minyak Dunia
Dirinya juga menilai, pemanfaatan minyak nabati dalam biofuel juga turut berperan dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat terutama petani lokal untuk turut serta dalam rantai pasok industri ini.
“Ini bukan hanya tentang pengurangan emisi, tetapi juga tentang memberdayakan petani lokal dan mempromosikan pertanian berkelanjutan,” tandasnya.
Salah satu teknologi pemanfaatan yang sudah terbukti dipakai di Indonesia adalah biodiesel yang sudah menggantikan peranan solar hingga 35 persen, sehingga selain ramah lingkungan juga mengurangi impor BBM.
Senada, Pengamat Otomotif dari ITB Yannes Pasaribu menilai, program biofuel mampu membantu penyaluran distribusi minyak sawit domestik pasca Uni Eropa mengeluarkan kebijakan membatasi impor CPO Indonesia.
“Program ini dapat membantu stabilisasi ekonomi lokal dan membuka peluang untuk pertumbuhan industri sawit dalam negeri,” tutupnya.
Baca Juga: Perang Israel Vs Hamas, Harga Minyak Dunia Melonjak Panas