Suara.com - Nilai tukar Rupiah loyo terhadap dolar AS pada di awal perdagangan Jumat pagi. Hal ini di pengaruhi oleh peningkatan imbal hasil atau yield obligasi Pemerintah Amerika Serikat.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menurun 26 poin atau 0,17 persen menjadi Rp15.517 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.491 per dolar AS.
"Yield US Treasury (UST) 10 tahun naik sebesar delapan basis poin menjadi empat persen karena data pasar tenaga kerja yang ketat," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede seperti yang dikutip dari ANTARA di Jakarta, Jumat (5/1/2024).
Josua menyebut, pasar tenaga kerja AS yang ketat bisa meningkatkan kemungkinan bahwa Bank Sentral AS atau The Fed akan menunda penurunan suku bunganya pada 2024.
Baca Juga: Rupiah Alami Penurunan pada Kamis Pagi Imbas Tingkat Inflasi Rendah
ADP Employment Change mencatat 164 ribu pekerja pada Desember 2023 dari sebelumnya 101 ribu pekerja, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 125 ribu pekerja.
Sementara US Initial Jobless Claims atau Klaim Pengangguran Awal AS turun menjadi 202 ribu pada pekan terakhir tahun 2023 dari sebelumnya 220 ribu.
Dolar AS terapresiasi terhadap Dolar Australia dan Yen Jepang, namun terdepresiasi terhadap mata uang Euro, Sterling, dan Skandinavia.
Josua memproyeksikan rupiah akan bergerak di area Rp15.500 per dolar AS sampai dengan Rp15.550 per dolar AS.
Baca Juga: Kinerja Rupiah Terapresiasi Pada 2023, Bagaimana Proyeksi Tahun 2024