Suara.com - Goldman Sachs menyimpulkan dalam riset awal tahun ini bahwa sekitar 300 juta pekerjaan berpotensi hilang akibat peran kecerdasan buatan.
Riset tersebut menunjukkan bahwa AI telah mengambil alih sejumlah lapangan pekerjaan, dan studi dari McKinsey Global Institute mengindikasikan bahwa tren ini bisa berkembang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Dikutip dari Business Insider, pada awal tahun ini, Google merencanakan pemutusan hubungan kerja massal (PHK) terhadap sejumlah karyawan mereka, dengan niat menggantikan mereka dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Dampak kebijakan ini diperkirakan akan dirasakan oleh banyak orang, menegaskan tekanan pada tenaga kerja manusia yang tergeser oleh AI.
Baca Juga: Luna Maya Sedih 'Ditawar' Rp200 Juta per Hari oleh Pengusaha, Siapa Sosoknya?
Sejak awal tahun 2022, Google telah mengawali transformasi tenaga kerja mereka dengan memperkenalkan kampanye "era baru AI".
Perusahaan berencana memanfaatkan kecerdasan buatan secara maksimal dalam divisi iklan mereka, dengan mengklaim inovasi melalui riset tren saat ini yang dilakukan oleh bot.
Fitur Performa Maksimal menghasilkan iklan yang dapat berubah secara langsung berdasarkan rasio klik-tayang, dengan tujuan memaksimalkan tingkat visibilitas.
Hal ini menciptakan dampak signifikan terhadap tenaga kerja manusia, mengurangi kebutuhan akan sejumlah karyawan yang sebelumnya bertanggung jawab atas penjualan iklan di layanan Google.
Informasi dari The Information menunjukkan bahwa sekitar setengah dari 30.000 karyawan di divisi periklanan Google sebelumnya ditugaskan untuk tugas semacam ini.
Baca Juga: Tips Gapai Karier Cemerlang di 2024 dengan Kenali Kepribadian Diri, Begini Saran Psikolog
Transformasi ini tidak hanya berdampak pada Google saja, melainkan juga mempengaruhi secara signifikan bisnis secara keseluruhan, karena iklan memiliki peran besar dalam pendapatan perusahaan.
Langkah penggantian pekerja manusia dengan kecerdasan buatan mungkin menjadi strategi untuk meningkatkan margin keuntungan dengan mengurangi biaya operasional.
Selain Google, beberapa industri juga merasakan dampak otomatisasi pekerjaan yang didorong oleh kecerdasan buatan (AI).
Pada awal tahun 2023, CEO IBM Arvind Krishna melaporkan kepada Bloomberg bahwa perusahaan tersebut telah memperlambat atau menangguhkan rekrutmen untuk pekerjaan yang dapat diotomatisasi oleh AI, mengindikasikan potensi penggantian hingga 7.800 pekerjaan secara keseluruhan.
Tabloid Jerman, Bild, yang dimiliki oleh Axel Springer, juga mengumumkan niat mereka untuk berpisah dengan rekan-rekan yang terlibat dalam tugas digital yang dapat diotomatisasi oleh AI dan/atau proses otomatis.
Suumit Shah, CEO platform e-commerce Dukaan di India, menyatakan kepada Washington Post bahwa ia tidak keberatan menggantikan seluruh tim layanan pelanggan dengan bot. Menurutnya, kecerdasan buatan lebih cerdas dan efisien, menghasilkan penghematan biaya hingga 100 kali lipat dari gaji yang diberikan kepada pekerja.