Lebih jauh, pemilu nanti tentu jadi ladang bisnis tersendiri untuk berbagai sektor. Momentum pesta demokrasi membuat ekonomi berputar. Naiknya beberapa sektor bisnis di-drive oleh naiknya sources of demand.
Sementara, meski kontroversial, money politics punya kekuatan untuk menggerakan roda perekonomian, terutama di kalangan akar rumput.
Money politics mendorong consumer spending. Masyarakat mendapatkan uang tunai untuk dibelanjakan. Saat belanja masyarakat naik, perputaran uang juga melaju cepat.
"Faktanya, transaksi yang terpantau di Rekening Khusus Dana Kampanye (RKDK) malah meningkat saat minggu tenang pasca kampanye," kata Yuswohady dalam risetnya yang dikutip Suara.com pada Kamis (7/12/2023).
Menurut dia, saldo dana kampanye selalu habis pada saat minggu tenang. "Ketika masa tenang, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) juga menemukan adanya permintaan penukaran uang pecahan Rp 50.000 dan Rp 100.000 yg melonjak. Di Jakarta, besarnya mencapai Rp 113 miliar. Dengan kata lain, money politics seolah menjadi “pelumas perekonomian”," sambung dia.
Menarik disimak, bagaimana perputaran uang serta fampaknya terhadap ekonomi masyarakat saat berlangsungnya pemilu 2024 nanti.