Kelima, Petrokimia Gresik melakukan elektrifikasi dengan menggunakan 150 unit kendaraan listrik untuk operasional usaha, sehingga mampu mengurangi emisi karbon hingga 50 ton/tahun.
"Strategi-strategi ini telah dijalankan oleh Petrokimia Gresik dan sudah memberikan kontribusi nyata dalam meminimalisasi emisi karbon," tandas Dwi Satriyo.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, selain strategi tersebut, Petrokimia Gresik juga memiliki rencana proyek yang mampu mengurangi emisi karbon. Antara lain Co-Firing Ammonia di Coal-Fired Boiler dapat mereduksi 60.000 ton emisi karbon/tahun.
Petrokimia Gresik juga akan membangun pabrik soda ash, yang merupakan pabrik soda ash pertama di Indonesia. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hingga 300.000 ton dan memanfaatkan 174.000 ton CO2 sebagai bahan baku.
Dwi Satriyo menjelaskan, soda ash sendiri merupakan komoditas yang permintaannya mencapai sekitar 1 juta ton per tahun dan saat ini masih sepenuhnya diimpor. Hal ini juga didorong oleh tumbuhnya industri lain seperti industri kaca dan keramik, sabun, dan deterjen yang merupakan industri turunan dari soda ash.
"Petrokimia Gresik akan terus tumbuh menjadi perusahaan go global dengan senantiasa berwawasan lingkungan," pungkasnya.