Berdaya Bersama KUR BRI, Ibu-ibu Karangwuni Wujudkan Mimpi Kembangkan Jenang Barokah

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 01 Desember 2023 | 17:10 WIB
Berdaya Bersama KUR BRI, Ibu-ibu Karangwuni Wujudkan Mimpi Kembangkan Jenang Barokah
Suswaningsih dan salah satu anggota Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah menunjukkan salah satu produk dari kampung mereka [Suara.com/Hadi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Senyum sumringah menyambut Redaksi Suara.com ketika mengunjungi salah satu UMKM binaan Bank Rakyat Indonesia asal Gunungkidul.

Sosok itu adalah Suswaningsih, salah satu orang yang ada di balik pengembangan jenang tradisional Karangwuni asal Padukuhan Saban, Desa Karangwuni, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul. Jenang Barokah Karangwuni adalah jenang ketan khas tanpa bahan kimia, alias sertaus persen alami karena berbahan beras ketan, beras padi, kelapa, dan gula Jawa.

Kota yang berada di ujung selatan DI Yogyakarta ini memang memiliki keberagaman kuliner yang menarik. Mulai dari gatot, rempeyek, thiwul, walang goreng dan tentu saja, jenang lokal.

"Awalnya, kami ibu-ibu rumah tangga satu lingkungan itu punya keinginan untuk mengelola hasil pertanian," kata Suswaningsih mulai menceritakan kisahnya.

Baca Juga: Tarik Tunai BRI di Indomaret dan Alfamart, Mudah dan Praktis

Langkah tersebut, kata dia, adalah buah dari keinginan para ibu rumah tangga di kampung setempat yang ingin lebih berdaya dan mendapatkan penghasilan secara mandiri.

Pasalnya, mayoritas ibu-ibu di lingkungan kampung Saban adalah petani dengan penghasilan yang tidak stabil.

"Dengan harapan agar perempuan di desa kami dapat memperoleh pendapatan sendiri, kami memutuskan untuk memulai usaha secara bersama-sama," ujar dia.

Sebelum berkembang menjadi UMKM yang dikenal di berbagai wilayah seperti sekarang, jenang ketan Barokah awalnya hanya dijual di pasar-pasar tradisional Gunungkidul. Pilihan ini diambil karena dianggap sebagai kuliner khas dusun yang sangat digemari oleh masyarakat setempat, termasuk dari luar daerah Gunungkidul.

"Sekelompok kami terdiri dari 20 anggota yang memiliki tugas mulai dari proses pembuatan jenang hingga kegiatan pemasaran," jelas Suswaningsih.

Baca Juga: BRI Pimpin Bank BUMN Penyetor Dividen Terbesar ke Kas Negara

Pada tahun 2020, Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah menjalin kemitraan dengan usaha lain yang menyediakan bahan baku jenang dan mendukung pemasaran produk di luar wilayah Gunungkidul.

"Hingga akhirnya pada tahun yang sama, kami memutuskan untuk menghentikan kemitraan dengan pengusaha tersebut. Saat itu, kami baru saja mendapatkan dukungan untuk pengembangan usaha dan modal dari BRI," tambah Suswaningsih.

Dukungan dari Bank Rakyat Indonesia itu, sebut Suswaningnsih, jadi salah satu titik baru dalam perjalanan usaha kampungnya. 

Usaha yang didapatkan melalui KUR BRI memastikan laju usahanya tetap berjalan meski melambat. Namun tidak sepenuhnya berhenti.

Wabah COVID-19 Melanda

Sayangnya, usaha yang baru akan mekar dengan dukungan BRI itu terpaksa 'istirahat' sementara waktu usai terdampak terjangan wabah Virus Corona pada awal 2020 silam.

"Pandemi COVID-19 menyebabkan kami harus menutup sepenuhnya. Tidak ada kegiatan produksi maupun pemasaran. Itu merupakan periode yang sangat sulit, tidak hanya dibandingkan dengan awal pendirian usaha kami. Karena, saya harus mengakui, membangun kepercayaan konsumen pada saat itu sangat menantang," ungkap Suswaningsih.

Meskipun begitu, Suswaningsih menyatakan bahwa Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah berhasil pulih dan sekarang dapat berkembang lebih besar daripada sebelumnya.

"Keunggulan kami terletak pada produk jenang Barokah yang berbeda dari sebagian besar jenang lainnya karena kami mengutamakan bahan berkualitas tinggi. Anda bisa membuktikannya, rasanya pasti berbeda," ujarnya.

Tidak tanpa alasan, kualitas yang ditanamkan oleh Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah pada produk jenang ketan mereka adalah hasil dari kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

"Kami mendapatkan bimbingan dari peneliti LIPI sejak tahun 2015 untuk memproduksi jenang dengan kualitas terbaik," tambahnya.

Saat ini, Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah juga sudah menjalin mitra dari luar daerah seperti Pacitan untuk memasok bahan dasar jenang seperti kelapa dan lain sebagainya.

Dalam sehari, industri rumah tangga Jenang Barokah mampu menghasilkan rata-rata 73 kg jenang. Bahkan, saat ramai pesanan, dalam satu hari mereka bisa memproduksi 300 kg jenang yang membutuhkan setidaknya 80 butir kelapa.

Dengan skala produksi seperti di atas, omzet yang dihasilkan Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah tidak main-main, berkisar Rp150 hingga Rp200 juta dalam setahun.

Rahasia Kelezatan Jenang Barokah

Suswaningsih menuturkan, seiring dengan pesatnya industri makanan, sering kali tuntutan memaksa pengolahan yang cepat dengan mengandalkan mesin-mesin modern dan berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

Namun, hal itu tidak terjadi pada Kelompok Industri Rumah Tangga Jenang Barokah di Padukuhan Saban itu.

Alasannya karena, selain menjaga kualitas, pembuatan jenang dengan alat tradisional dan pengapian kayu bakar juga menjaga kondisi ekonomi keluarga di lingkungan Saban.

"Tetap jaga kualitas. Harus sabar dan terus istiqomah dan jangan anggap remeh pesanan meskipun sedikit," pungkas dia.

Tidak hanya jenang, di Padukuhan Saban juga terdapat usaha rumahan lainnya seperti wngko babat dan berbagai macam olahan kripik berbahan alami. Inisiatif ini memberikan manfaat positif bagi peningkatan ekonomi keluarga para ibu-ibu yang aktif di lingkungan kampung tersebut.

Hingga kini, tidak hanya satu, ratusan orang dari dukuh Saban mampu berdaya secara mandiri dengan dukungan KUR BRI.

"Seandainya waktu itu kita tidak tahu informasi KUR BRI mungkin usaha kami gulung tikar. Tidak hanya karena COVID-19, tapi juga berbagai tantangan. Karena ya tanpa modal, usaha pasti sulit berkembang, mas," pungkas Suswaningnsih menutup bincang kami siang itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI