Dadan Kusdiana, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, mengatakan berdasarkan hasil kajian dengan memperhatikan keekonomian akses di masyarakat dan potensi yang dimiliki pada akhir 2060 sektor energi tidak bisa NZE karena masih tersisa emisi 129 juta ton emisi.
Berdasarkan roadmap, PLTU berbahan bakar batu bara akan berakhir sebelum 2060. Yang tersisa adalah BBM dan LPG yang digunakan industri. Listrik semuanya akan berbasis pada energi bersih tidak akan keluarkan emisi.
“PLTU akan selesai sebelum periode 2060. Untuk itu, yang harus dipastikan adalah ketersediaan migas ada terus,” kata Dadan.
Menurtu Dadan, peranan energi fosil masih penting dalam transisi energi. Minyak, khususnya BBM menjadi sumber energi di sektor transportasi. Kendaraan yang menggunakan BBM didorong melakukan konversi melalui program kendaraan listrik.
“Untuk kendaraan eksisting didorong dari sisi spek-nya sehingga emisinya berkurang,” kata Dadan.
Salis S Aprilian, Founde Digital Energy Asia, mengatakan renewable energy yang berkembang di tahun 70-an, kalau dilihat dari energy demand di Indonesia 2020-2050 porsi minyak memang berkurang, tapi secara kuantitas masih meningkat.
Muncul apa yang dinamakan energy transition menggunakan renewable energy tapi tidak serta merta tidak menggunakan lagi minyak dan batu bara.
“Inilah peran gas dalam transisi, akan sangat signifikan karena dari sisi biaya, waktu, untuk mengembangkan renewable energy tidak mudah dan mahal. Bisa ditopang dengan gas,” kata Salis.
Terkait upaya agar kilang bisa sustain di masa transisi energi, Salis mengatakan ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Pertama, harus diversifikasi produk, lalu digitalisasi sistem, decentralizing policy, dan decarbonization.
Baca Juga: Harga BBM Pertamina Non Subsidi Terus Turun, Jadi Berapa?
“Kalau ingin kilang di Indonesia sustain, paling tidak empat langkah inilah yang harus ditempuh,” kata Salis.