Suara.com - Smart City atau kota pintar saat ini menjadi tenar. Banyak kota-kota di Indonesia yang akan mengubah statusnya menjadi Smart City. Namun, agar kota dijuluki Smart City, ada syarat yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah tersebut.
Vice President Power System, Schneider Electric Indonesia, Surya Fitri mengatakan, pondasi utama dan sangat krusial agar kota menjadi Smart City adalah memastikan stabilitas dan keandalan dari koneksi internet dan suplai listrik. Tanpa jaringan internet dan listrik yang andal dan tanpa gangguan maka akan sulit untuk mewujudkan konsep smart city yang canggih dan modern
"Jaringan 5G memiliki kecepatan unduh dan unggah yang jauh berkali-kali lipat dari 4G, dengan latensi yang lebih rendah dan memiliki bandwith yang lebih tinggi sehingga memungkinkan berbagai perangkat pintar bekerja secara maksimal," ujarnya yang dikutip Rabu (15/11/2023).
Surya melanjutkan, dalam hal ini mendukung transformasi jaringan listrik pintar (smart grid), yang kini semakin menjadi tuntutan untuk meningkatkan performa jaringan listrik yang semakin terdistribusi dan diversifikasi sumber energi yang membutuhkan visibilitas lebih dan kendali penuh dalam pengelolaannya.
Baca Juga: Sambut Insentif Properti, LPKR Pacu Penjualan di Kuartal IV 2023
Schneider Electric, meyakini pemanfaatan jaringan 5G dalam pengoperasian jaringan listrik pintar (smart grid) dapat memberikan dampak signifikan untuk keberlanjutan, ketangguhan, efisiensi dan keamanan jaringan listrik dalam mendukung kebutuhan smart city.
Surya memaparkan terdapat enam alasan pemanfaatan 5G bisa mendukung jaringan listrik pintar. Pertama, Pemantauan dan kontrol secara real time, 5G memungkinkan latensi yang sangat rendah dan bandwidth yang tinggi, sehingga menyediakan visibilitas yang lebih baik terhadap performa jaringan listrik secara real-time.
Kedua, Otomasi jaringan dan kemampuan perbaikan secara mandiri - Dengan sistem otomasi canggih, 5G memungkinkan respons yang lebih cepat terhadap gangguan, kesalahan, atau pemadaman jaringan melalui mekanisme perbaikan secara mandiri. Ketiga, peningkatan keamanan dan keselamatan pekerja, jaringan 5G berkecepatan tinggi dapat menangkap dan mentransfer data dengan lebih cepat yang memungkinkan informasi dikumpulkan secara real-time untuk membuat model 3D terperinci yang memungkinkan staff maintenance menavigasi situasi yang berpotensi berbahaya.
Keempat, pemeliharaan Prediktif , konsep pemeliharaan prediktif didasarkan pada kemampuan untuk mendiagnosis dan memperbaiki masalah sebelum masalah tersebut mengakibatkan waktu henti yang tidak terduga. Kelima, layanan konsumen yang lebih baik, pengukur dan perangkat pintar berkemampuan 5G menyediakan data konsumsi yang terperinci, sehingga konsumen dapat membuat keputusan yang tepat tentang penggunaan energi mereka dan menghemat biaya.
Keenam, integrasi Sumber Daya Energi Terdistribusi (DER), jaringan dua arah tercipta dengan semakin banyak konsumen energi yang menjadi produsen melalui penggunaan energi terbarukan dan penyimpanan energi yang terus meningkat.
Baca Juga: Prospek Bisnis Properti IKN Diprediksi Meroket, Capai Rp12 Triliun Tiap Tahun
"Ini beberapa contoh bagaimana jaringan listrik dapat menggunakan 5G untuk mendorong efisiensi operasional sekaligus meningkatkan ketahanan jaringan listrik. Kontinuitas dan keandalan data smart grid juga perlu didukung oleh edge computing yang memungkinkan data jaringan utilitas yang berasal dari berbagai sensor diproses secara lokal, sehingga meminimalkan latensi," pungkas Surya.