Suara.com - PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA), emiten oksigen mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 82,06 miliar hingga Kuartal III tahun 2023. Raihan tersebut meningkat 11 persen jika dibandingan periode yang sama tahun 2022 yang sebesar Rp 73,42 miliar.
Direktur Utama SBMA, Rini Dwiyanti menjelaskan, kenaikan pendapatan ini seiring dengan meningkatnya kebutuhan Gas, Acetylene dan Karbondioksida.
"Kami telah melakukan commercial start up air separation plant pada tanggal 27 Juni 2023 dan saat ini produksi liquid Kami mencapai kapasitas 50 ton sehari," ujarnya yang dikutip, Senin (13/11/2023).
Lewat langkah itu, kanjut Rini, mulai dirasakan perseroan. dengan peningkatan produksi produksi dan penjualan sejak di Bulan Juli dan sudah tampak pada Kuartal III-2023.
Baca Juga: Daftar 74 Emiten yang Bandel Belum Sampaikan Laporan Keuangan Kuartal III 2023
Perseroan juga saat ini sedang memasuki area shipyard dan petrokimia untuk kebutuhan liquid yang meningkat.
"Saat ini Kami telah mengambil 5% dari pasar liquid yang ada di Kalimantan timur," kata dia.
Rini memaparkan, penjualan Acetylene tumbuh menjadi Rp 24,80 miliar dari tahun lalu Rp 21,00 miliar, penjualan Argon juga naik jadi Rp 16,28 miliar dari Rp 15,03 miliar, penjualan Oxygen hasil produksi SBMA naik jadi Rp 15,59 miliar dari Rp11,95 miliar.
Lalu penjualan lainnya seperti karbondioksida juga naik jadi Rp 6,09 miliar dari Rp 3,12 miliar, bahkan Kami mampu mencatat penjualan nitrogen senilai Rp 3,69 miliar naik dari Rp 2,40 miliar serta ada penjualan lain-lain sebesar Rp 15,59 miliar.
Dalam pendapatan lain-lain ini di dalamnya termasuk Pendapatan jasa yang merupakan pendapatan atas jasa pengiriman barang diluar harga produk penjualan barang dagang dan pendapatan service.
Baca Juga: Genjot Pertumbuhan Nasabah, Emiten Hana Bank Gencar Perluas Bisnis
"Dari sekian banyak klien yang bekerjasama dengan SBMA, diantaranya kami menyuplai untuk perusahaan besar seperti PT Pama Persada Nusantara, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim), PT Petrosea Tbk, PT KTC Coal mining & Energy, PT Darma Henwa Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Hexindo Adiperkasa Tbk, PT pertamina (persero), PT Sucofindo dan masih banyak lagi perusahaan yang menjalin kemitraan dengan Kami," kata Rini.
Sedangkan untuk menjaga stabilitas produksi dan kelangsungan usaha yang baik dalam kurun waktu hingga 30 September 2023, tentunya kami juga mengeluarkan biaya perbaikan dan perawatan senilai Rp 83,14 juta, penambahan sewa iso tank Rp 672,40 juta dan peremajaan pada spare part mesin produksi dan biaya instalasi senilai Rp 469,55 juta.
Jumlah ekuitas Rp 215,16 miliar, menanjak dari akhir tahun sebelumnya senilai Rp 211,07 miliar. Total liabilitas tercatat Rp 59,81 miliar, naik hanya tipis dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 58,53 miliar.
"Sehingga total aset yang kami miliki per kuartal III-2023 senilai Rp 274,98 miliar, menanjak dari episode akhir tahun sebelumnya sebesar Rp 269,6 miliar," pungkas Rini.