Suara.com - Garam adalah komoditas penting dalam kehidupan sehari-hari, digunakan dalam makanan dan berbagai industri. Namun, produksi garam di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam hal penurunan jumlah produksi garam rakyat.
Berbagai inovasi sosial yang diimplementasikan oleh PHE WMO (Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore) melalui Program Salt Centre Terintegrasi adalah langkah penting dalam menjawab permasalahan ini dan membawa manfaat yang signifikan bagi petani garam di Indonesia.
Pada tahun 2018, program Salt Centre Terintegrasi mulai dikembangkan dengan menyediakan sarana dan prasarana produksi garam serta rumah garam sebagai solusi untuk meningkatkan produktivitas petani garam.
Rumah garam ini memungkinkan produksi garam tidak lagi tergantung pada musim, sehingga petani dapat menghasilkan garam sepanjang tahun. Hasil dari implementasi program ini terbukti efektif, dengan kelompok petani mampu menghasilkan hingga 11 ton garam dalam satu tahun penuh selama musim penghujan tahun 2018.
Baca Juga: Proyek Penggantian Pipa Bawah Air Krisna P - Cinta P Selesai, PHE OSES Berhasil Kembalikan Produksi
Pada tahun 2022, PHE WMO mengambil langkah lebih jauh dengan mengembangkan program Salt Centre yang berfokus pada peningkatan kualitas garam. Mereka menerapkan teknologi tepat guna, termasuk roughing filter, rumah garam portable, dan alat cuci garam.
Hasilnya, kualitas garam di Desa Banyusangka meningkat secara signifikan, dengan peningkatan kadar NaCl dari sekitar 56,12% menjadi 94,07%, sesuai dengan standar konsumsi. Program ini juga mencakup diversifikasi produk berbahan dasar garam dan pengembangan eduwisata garam.
Meskipun inovasi ini berhasil dalam meningkatkan kualitas garam dan ekonomi masyarakat setempat, masih ada masalah serius yang harus dihadapi oleh petani garam di Indonesia yakni penurunan produksi garam. Sementara kebutuhan garam terus meningkat, produksi garam semakin menurun, terutama di daerah penghasil garam terbesar seperti Madura.
Kabupaten Bangkalan, salah satu daerah penghasil garam, juga mengalami penurunan produksi garam yang signifikan. Pada tahun 2022, produksi garam di Kabupaten Bangkalan hanya mencapai 18,5% dari target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa masalah garam masih menjadi isu utama di wilayah ini.
“Usaha garam rakyat di Indonesia memiliki akar sejarah yang kuat dan layak untuk dikembangkan. Sebagai negara kepulauan, usaha garam rakyat sangat potensial sebagai penopang pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat. PHE WMO mendukung upaya pemerintah mendukung produksi garam nasional dengan memberdayakan petani garam di Desa Banyusangka, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan melalui inovasi dan pengembangan teknologi sehingga usaha garam rakyat semakin efisien, berkualitas dan menjadi komoditi strategis yang dapat meningkatkan kesejahteraan petambak garam khususnya dan masyarakat pesisir pada umumnya," kata GM Zona 11 Muzwir Wiratama, Selasa (7/11/2023).
Baca Juga: PHE Jambi Merang Transformasi Sekolah Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan
"Kami ingin keberadaan kami membawa nilai manfaat kepada pemangku kepentingan, khususnya masyarakat di ring satu. Ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk mendukung kinerja keberlanjutan melalui program Environmental, Social & Governance (ESG) dan mendukung pemerintah mencapai target agenda internasional khususnya Sustainable Development Goals, dimana program ini utamanya berkontribusi pada tujuan no. 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi,” Muzwir menambahkan.
Dalam menjawab permasalahan minimnya produksi garam, PHE WMO mengembangkan inovasi melalui serangkaian teknologi tepat guna dan kegiatan sosial. Berikut adalah kegiatan yang dikembangkan dalam Program Salt Centre Terintegrasi tahun 2023:
Pengenalan Cuaca: Petani diberikan pelatihan untuk memahami cuaca dan memprediksi cuaca melalui pengamatan awan, arah angin, dan kecepatan angin. Ini membantu mereka memahami peluang hujan dan memungkinkan prediksi cuaca mandiri.
Teknologi Ulir Filter (TUF): TUF digunakan untuk mempercepat proses evaporasi garam, meningkatkan efisiensi lahan garam, dan mempercepat proses kristalisasi garam. Dengan teknologi ini, proses yang sebelumnya memakan waktu 21-28 hari bisa dipangkas menjadi 14 hari.
Inovasi Siram Berbakat: Inovasi ini menjawab dua masalah sekaligus, yaitu masalah sampah dan produksi garam rendah. Sampah yang dikumpulkan diolah menjadi briket yang digunakan sebagai bahan bakar untuk proses kristalisasi garam. Hal ini meningkatkan produksi garam dan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 85%.
Pengembangan HUB "Jaringan Kerjasama Petani Garam Rakyat": Melalui inovasi ini, petani garam dari berbagai desa bekerjasama dengan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) dalam distribusi garam, memastikan stabilitas harga garam khususnya di wilayah tersebut.
“Program ini tidak hanya meningkatkan kapasitas petani garam sehingga lebih berdaya, namun lebih dari itu program ini telah mendorong terjadinya transformasi sosial, diantaranya menumbuhkan kemampuan petani garam untuk tidak tergantung pada cuaca. Selain itu, program ini juga mendorong terjadinya kesepakatan kolektif yang ditunjukkan dengan adanya kesepakatan standarisasi harga yang disesuaikan dengan kondisi pasar dan saling menguntungkan anatara petani garam, pengrajin ikan asin dan juga BUMDes Wijaya Kusuma. Dengan demikian, program ini juga memutus rantai tengkulak yang selama ini merugikan petani garam,” kata Field Manager PHE WMO Markus Pramudito.
Inovasi ini memiliki beberapa keunggulan yang mencolok:
Pengenalan Cuaca: Meningkatkan kapasitas petani garam dalam memprediksi cuaca secara mandiri, mengurangi ketidakpastian dalam produksi.
Teknologi Ulir Filter: Mempercepat produksi garam dan meningkatkan efisiensi lahan garam.
Inovasi Siram Berbakat: Mengatasi masalah sampah dan produksi garam rendah secara bersamaan, sambil mengurangi emisi gas rumah kaca.
Pengembangan HUB "Jaringan Kerjasama Petani Garam Rakyat": Membantu memastikan stabilitas harga garam dan memperluas jaringan kerjasama untuk meningkatkan kualitas garam rakyat.
Dengan adanya inovasi ini, diharapkan produksi garam rakyat dapat meningkat dan mengatasi tantangan yang dihadapi oleh petani garam di Indonesia.
Selain itu, upaya dalam pengelolaan lingkungan dan kerjasama antarpetani juga membantu menciptakan masyarakat yang lebih sadar akan lingkungan dan lebih mandiri dalam menghadapi perubahan cuaca, sambil meningkatkan kesejahteraan mereka.