Suara.com - Rumah Sakit Indonesia yang ada di Gaza dapat dikatakan menjadi harapan banyak warga Palestina yang ada di sana. Peningkatan serangan dari Israel yang semakin mengkhawatirkan membuat keberadaan fasilitas ini menjadi semakin vital. Sekilas tentang sejarah berdirinya RS Indonesia di Gaza bisa Anda simak di sini.
Rumah sakit ini menjadi salah satu rumah sakit terbesar di area Gaza bagian utara, dan membantu banyak korban sejak beberapa waktu yang lalu. Tidak hanya korban luka-luka, namun juga korban jiwa banyak ditampung sementara di fasilitas tersebut.
Sejarah Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Dikutip dari berbagai sumber, pembangunan Rumah Sakit Indonesia sendiri telah dimulai sejak Mei 2011 silam. Dengan area yang cukup luas, tanah yang digunakan adalah wakaf dari Pemerintah Palestina di Gaza.
Baca Juga: Dituding Jadi Markas Hamas, Kemlu RI Buka Suara Soal Rumah Sakit Indonesia di Gaza
Rumah Sakit Indonesia dibangun dengan dana donasi rakyat Indonesia melalui sebuah organisasi kemanusiaan bernama MER-C. Sumber dana ini juga yang menjadi dasar penamaan rumah sakit tersebut, sebagai RS Indonesia.
Ide awal sebenarnya muncul saat tim medis pemerintah Indonesia dan MER-C menyalurkan bantuan pada korban serangan Israel di Palestina awal 2009 lalu.
Dari agresi yang berlangsung lebih dari 20 hari ini, korban jiwa yang tercatat mencapai 1,366 orang, dan 437 diantaranya adalah anak-anak, 110 wanita, dan 123 janda. Belum lagi terdapat lebih dari 5,600 orang yang mengalami luka-luka, seperti yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Palestina.
Usaha tim MER-C dan tenaga medis Indonesia untuk terus merawat korban yang berjatuhan semakin berat, karena serangan yang dilancarkan tidak kunjung reda. Berdasarkan pantauan, sejumlah rumah sakit di Gaza mulai kewalahan. Bermodalkan donasi yang besar dari warga Indonesia kemudian tim medis Indonesia, wartawan, dan tim MER-C bertemu dengan Menkes Palestina dan menyampaikan rencana pembangunan RS Indonesia.
Dalam waktu singkat rencana ini disambut baik, dan penandatanganan MOU dilakukan. Tim kembali ke tanah air, kemudian menyampaikan rencana ini pada Menkes Indonesia saat itu untuk ditindaklanjuti, Siti Fadilah Supari.
Baca Juga: Klaim Simpati dengan Palestina, Felicya Angelista Malah Dituding Pro Israel Gegara Hal Ini
Kendala Pembangunan
Tidak selalu berjalan lancar, pembangunannya sendiri terkendala karena tim yang ada kesulitan masuk Gaza. Penantian yang dilakukan sekitar setahun, sebelum kemudian tim MER-C dan aktivis dari berbagai negara bisa melancarkan Misi Freedom Flotilla dengan menaiki kapal milik IHH Turki di tahun 2010.
Perjalanan kapal masih harus menahan serangan dari Israel, yang menewaskan sembilan orang. Penumpang kapal tersebut ditahan. Namun berkat tekanan dunia internasional, pada Juli 2010 lalu tim yang ditahan dapat memasuki Jalur Gaza.
Pembangunan dimulai pada 2011, dengan melibatkan tim yang terdiri dari berbagi negara dan relawan.
Kontributor : I Made Rendika Ardian