Suara.com - Kurs rupiah berpotensi melemah lebih parah dampak hasil dari aksi short-covering yang terjadi di pasar setelah penguatan besar yang terjadi sejak pengumuman rapat Federal Reserve (The Fed).
"Pada hari ini, rupiah kemungkinan akan melemah terhadap dolar AS, sejalan dengan pelemahan mata uang lain terhadap dolar AS pagi ini. Penurunan ini bisa disebabkan oleh reaksi short-covering di pasar setelah terjadi penguatan besar seiring pengumuman rapat The Fed, sambil menantikan petunjuk baru terkait kebijakan moneter AS melalui data ekonomi AS atau komentar-komentar dari pejabat The Fed," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra, Selasa (7/11/2023).
Seperti yang diketahui, pada penutupan perdagangan Senin (6/11), rupiah menguat sebesar 189 poin atau 1,21 persen menjadi Rp15.539 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.728 per dolar AS.
Kenaikan yang signifikan ini menyebabkan pasar bereaksi dengan short-covering. Apabila harga bergerak dalam satu arah selama beberapa hari dengan pergerakan yang besar, pasar merasa bahwa tidak ada indikasi tambahan yang mendorong untuk membeli dolar AS, sehingga para investor memutuskan untuk mengambil keuntungan dengan membeli dolar AS.
Baca Juga: Jokowi Masih Tenang Rupiah Hampir Tembus Rp 16.000
"(Short-covering) merupakan aksi mengambil profit dari kenaikan nilai rupiah dengan menjual dolar AS, yang kemudian diikuti dengan aksi sebaliknya yaitu pembelian dolar AS," kata dia, dikutip dari Antara.
Sementara itu, data neraca perdagangan China bulan Oktober 2023 memiliki potensi untuk mempengaruhi nilai tukar, mengingat China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia dan menjadi indikator terkait perlambatan ekonomi.
Jika data tersebut menunjukkan penurunan dalam ekspor atau impor, maka pasar dapat bereaksi negatif terhadap aset berisiko, sehingga dapat mendorong kembali penguatan dolar AS.
"Diharapkan surplus neraca perdagangan China sebesar 81 miliar dolar AS," ucapnya.
Dilihat dari sentimen dalam negeri, data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III/2023 yang di bawah ekspektasi pasar dapat menjadi faktor yang memberikan tekanan terhadap rupiah, yaitu sebesar 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy), sementara harapannya di atas 5 persen.
Baca Juga: Bukan Karena Pengumuman Gibran Cawapres, Ini Faktor Penyebab Rupiah Keok
Tak hanya itu, data cadangan devisa (cadev) yang merupakan persediaan dolar AS di dalam negeri yang akan diumumkan pagi ini juga berpotensi mempengaruhi nilai tukar rupiah. Penurunan dalam cadangan devisa mampu memberikan tekanan pada rupiah.
"Ada potensi pelemahan hingga mencapai Rp15.600, dengan potensi support di sekitar Rp15.500," ungkap Ariston.
Pada Selasa pagi, nilai tukar rupiah yang diperdagangkan di antarbank di Jakarta mengalami pelemahan sebesar 0,22 persen atau 34 poin menjadi Rp15.573 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.539 per dolar AS.