Suara.com - Baru-baru ini Prajogo Pangestu kembali jadi perbincangan tatkala mengakuisisi saham Petrosea (PTRO) melalui perusahaan tambang batu bara miliknya PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Profil Prajogo Pangestu dan kekayaannya pun jadi sorotan.
Ia sebelumnya pernah jadi perbincangan saat dinobatkan sebagai orang terkaya keempat di Indonesia berdasarkan data Forbes Real Time Billionaire, per Jum'at, 25 Agustus 2023. Forbes menyebut total harta pengusaha bidang Petrokomia dan Pertambangan tersebut mencapai $17,1 miliar. Yuk, kita ketahui bersama profil Prajogo Pangestu dan kekayaannya.
Prajogo Pangestu memulai bisnis kayu pada akhir 1970-an. Ia mendirikan perusahaan sendiri bernama Barito Pacific Timber yang kemudian go public pada tahun 1993 dan mengubah namanya menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama, Barito Pacific mengakuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Baca Juga: Saham CUAN Milik Prajogo Pangestu Melesat 200 Poin, Bursa Beri Peringatan Ini
Selanjutnya, pada tahun 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di negara ini. Thaioil mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri pada Juli 2021.
Setelah mengumumkan perusahaan tambang batu baranya, Petrindo Jaya Kreasi pada Maret 2023, Prajogo Pangestu mendaftarkan perusahaan cabang yang fokus kepada industri energi terbarukan, Barito Renewables Energy, enam bulan kemudian pada Oktober 2023.
Sumber Kekayaan Prajogo Pangestu
Salah satu sumber kekayaan Prajogo Pangestu adalah perusahaan Green Era. Green Era merupakan sebuah perusahaan swasta yang berbasis di Singapura yang dikendalikan oleh Prajogo Pangestu.
Ia telah membeli 33,33 persen saham Star Energy dari BCPG Thailand seharga $ 440 juta, membuatnya memiliki kepemilikan penuh atas tiga proyek panas bumi di Indonesia.
Baca Juga: Isu CUAN Akusisi PTRO dalam Dua Tahap, Direktur Buka Suara
Proyek-proyek Star Energy memiliki total kapasitas kotor 875 MW. Prajogo Pangestu juga memiliki 66,6 persen saham Star Energy yang berkantor pusat di Jakarta melalui Barito Pacific, produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.
Tiga proyek besar Star Energy antara lain pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi Wayang Windu, pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi Salak, dan pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi Darajat — semuanya berada di provinsi Jawa Barat. Pada 2019, perusahaan mengatakan bertujuan untuk menginvestasikan $ 2,5 miliar untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 1.200 MW pada 2028.
Menurut Dewan Energi Nasional Indonesia pada bulan Februari, ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini memiliki potensi panas bumi hingga 23,7 GW atau 40 persen dari kapasitas dunia. Namun, saat ini, Indonesia baru memanfaatkan 4,5 persen potensinya.
Perjalanan Hidup
Sebelum menjadi orang terkaya keempat di Indonesia, Prajogo Pangestu meniti karir dari menjadi seorang sopir angkutan umum jurusan Singkawang-Pontianak.
Di sela-sela bekerja sebagai sopir, putra seorang pedagang karet ini bertemu dengan seorang pengusaha kayu asal Malaysia, Burhan Uray. Pertemuan di tahun 1969 itu memulai perjalanan karirnya hingga menjadi seorang taipan.
Etos kerja Prajogo diakui oleh PT. Djajanti Grup, perusahaan Burhan Uray, sehingga ia diangkat sebagai General Manager Pabrik Plywood Nusantara.
Setahun setelah menjabat sebagai general manager, ia putuskan untuk resign dan membeli sebuah perusahaan yang mengalami krisis finansial bernama CV Pacific Lumber Coy, perusahaan inilah yang dikemudian hari berubah nama menjadi PT.Barito Pacific.
Demikian itu yang bisa dipaparkan mengenai profil Prajogo Pangestu dan kekayaan konglomerat Indonesia.
Kontributor : Mutaya Saroh