Wujudkan Net Zero Emission 2060, Ini Kontribusi Pertamina dalam Kembangkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Senin, 30 Oktober 2023 | 12:27 WIB
Wujudkan Net Zero Emission 2060, Ini Kontribusi Pertamina dalam Kembangkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan
PT Kilang Pertamina Internasional Produksi Bioavtur-SAF. (Dok: Pertamina)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pertamina sendiri sudah menyiapkan anggaran 15 persen dari total capex untuk mengembangkan portofolio bisnis yang ramah lingkungan. Anggaran dengan jumlah ini menjadikan Pertamina sebagai perusahaan dengan anggaran tertinggi, dibandingkan perusahaan energi lainnya.

“Saat ada permintaan, maka investasi akan mengalir. Ini sangat penting untuk biofuel, sustainable aviation fuel (SAF), hidrogen, amonia, dan sumber energi lainnya. Ini juga terkait dengan teknologi yang dapat mengolah bahan baku menjadi generasi kedua, mengatasi limbah dari bahan baku,” kata Nicke beberapa waktu lalu.

Selain itu, Pertamina juga mengembangkan produk BBM jenis pertamax untuk menjadi BBM ramah lingkungan, yakni Pertamax Green 95. Ini adalah BBM dengan bahan baku terbarukan yakni bioetanol 5 persen, dan produk ini bersinergi dengan PT Perkebunan Nusantara X (Persero) untuk menyiapkan bahan baku bioetanol.

PT Perkebunan Nusantara X ikut terlibat, karena bioetanol berasal dari molases tebu yang diproses menjadi etanol fuel grade. Produk anyar ini juga melibatkan 9.000 petani tebu dalam mewujudkannya.

Penggunaan bioetanol merupakan implementasi satu di antara pilar transisi energi Pertamina dan mendukung perubahan energi nasional memakai campuran bahan bakar nabati.

Produk BBM lainnya yang masih dikaji secara internal dan belum diputuskan sebagai lanjutan Program Langit Biru Tahap 2 adalah BBM RON 90 menjadi BBM RON 92, yakni Pertalite. Produk ini masih dalam tahap kajian internal di mana BBM jenis ini akan memakai campuran etanol 7 persen menjadi Pertamax Green 92.

BBM Ramah Lingkungan dari Sisi Aviasi

Demi mewujudkan net zero emission pada 2060, Pertamina juga telah memulai upayanya dari sisi aviasi atau penerbangan.

Untuk bisnis pesawat komersial, Pertamina mulai menyiapkan agar gas emisi buang dari mesin pesawat terbang semakin kecil dan mulai membiasakan diri memakai bioavtur. Di Indonesia, penggunaan bioavtur memanfaatkan komponen dari kelapa sawit yang diinisasi sejak tahun 2010.

Baca Juga: Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF), Bukti Transisi Energi Industri Aviasi

Setelah dirintis pada tahun 2010, berselang 11 tahun atau 2021, PT Kilang Pertamina Internasional kini dapat membuat SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap, dengan menggunakan teknologi Co-Processing yang memakai bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI