PHE Jambi Merang Transformasi Sekolah Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan

Iwan Supriyatna Suara.Com
Rabu, 25 Oktober 2023 | 15:58 WIB
PHE Jambi Merang Transformasi Sekolah Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang, bagian dari Subholding Upstream Pertamina, terus berkomitmen dalam mengembangkan inovasi sosial dan lingkungan di sekitar wilayah operasi perusahaan.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Jambi Merang, bagian dari Subholding Upstream Pertamina, terus berkomitmen dalam mengembangkan inovasi sosial dan lingkungan di sekitar wilayah operasi perusahaan.

Kali ini, program inovasi sosial dan lingkungan berkelanjutan perusahaan dikembangkan pada Program Kelas Berbagi di SDN 2 Sukajaya, Desa Mekar Jaya, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Program Kelas Berbagi yang merupakan kependekan dari Sekolah Lestari Berbasis Teknologi fokus pada edukasi pengelolaan lingkungan sejak dini dan mewujudkan agent of change yang cinta bumi.

Satrio Mursabdo, Field Manager PHE Jambi Merang, menjelaskan program inovasi sosial Kelas Berbagi fokus pada kegiatan berbasis lingkungan dalam pengelolaan sampah plastik menjadi beragam bentuk atau produk.

Baca Juga: Menjaga Hutan Mangrove Pesisir Lampung Timur, Kolaborasi Melawan Abrasi

"Selain dari pengelolaan sampah, dan program Bocil Keling (Bocah Cilik Kelola Lingkungan), program ini juga melakukan kegiatan berbasis lingkungan lainnya diantaranya terciptanya fasilitas ruang multimedia, bank sampah, School Art and Market, mushola hijau, penggunaan energi terbarukan (solar cell), IPAL serta hutan sekolah dan tambahan peningkatan pengetahuan siswa terkait dokter kecil," ujar Satrio, Rabu (25/10/2023).

Menurut Satrio, adanya kelas inspirasi pada 2019 menjadi cikal bakal terciptanya Program Kelas Berbagi hingga 2021, PHE Jambi Merang bersama SDN 2 Sukajaya berkolaborasi menciptakan kegiatan yang berwawasan lingkungan pada siswa.

Awalnya, program ini bernama Sekolah Cinta Bumi Zero Plastic Berbasis Teknologi yang fokus pada pengelolaan lingkungan terkait sampah plastik. Seiring berjalannya waktu, pengembangan program terus dilakukan dan melahirkan inovasi-inovasi dalam melakukan pengelolaan lingkungan.

Sekolah Cinta Bumi Zero Plastic Berbasis Teknologi pun bertransformasi menjadi Program Kelas Berbagi yang sudah meluas, tidak hanya fokus dalam pengelolaan sampah namun sudah mencakup pengelolaan air, games edukasi yg menampilkan kepedulian/empati terhadap lingkungan sejak usia dini serta energi terbarukan.

Melalui program pengelolaan sampah plastik, lanjut Satrio, sekolah telah berhasil mengelola 864 kg per tahunnya sampah plastik yang sebelumnya dibakar. Hal ini juga memberikan dampak penurunan emisi sebesar 2.505,6 kgCO2eq per tahun.

Baca Juga: PHE Bawa Indonesia ke Panggung Global Industri Hulu Migas

Sampah tersebut sebagian besar merupakan sampah rumah tangga yang dikumpulkan di Bank Sampah. Sebagian sampah kemudian dikelola menjadi kerajinan tangan dan sebagian lainnya dijual ke Kelompok Pengepul Mekar Jaya.

Tabungan tersebut nantinya bisa ditukarkan dengan alat tulis sebagai penunjang belajar siswa.

“Kantin sekolah juga sudah tidak diperbolehkan menggunakan plastik sehingga diganti dengan daun sebagai wadah makanan. Selain itu, siswa juga diberi lunch box dan tumbler sebagai wadah makanan di kantin,” katanya.

Saat ini, siswa diberi edukasi mengenai pengelolaan air dengan memanfaatkan kembali air limbah cuci tangan dan cuci piring kantin melalui Carboxyl serta limbah air wudu melalui Musala Hijau.

Carboxyl merupakan mini IPAL yang memanfaatkan carbon filter ex-pottable water unit bekas penggunaan utilitas untuk recycle air limbah sekolah.

Meskipun carbon filter tersebut merupakan waste perusahaan, untuk skala rumah tangga atau sekolah, masih sangat aman dan bagus untuk digunakan kembali. Alur Carboxyl diawali dengan pemanfaatan PAH (Penampungan Air Hujan) sebagai salah satu sumber air yang kemudian dialirkan ke wastafel dan area cuci piring kantin.

Limbah air tersbeut kemudian diolah di Carboxyl untuk digunakan kembali sebagai penyiraman tanaman nursery dan Hutan Sekolah (aviary). Selain itu, Musala Hijau juga menjadi ikon pengelolaan limbah air yang berasal dari sisa wudu yang kemudian dialirkan ke aquaponik (perpaduan budidaya ikan dan sayur hidroponik).

Kegiatan pengelolaan air terintegrasi dengan Marcell (Pemasangan Solar Cell) dimana solar cell berfungsi sebagai sumber energi untuk menggerakan pompa air bagi Carboxyl dan Musala Hijau.

Selain itu, Marcell juga digunakan sebagai penerangan di sekolah. Pemanfaatan Marcell menimbulkan penghematan energi sebesar 1.255,2 KWH/ Tahun. Program inovatif selanjutanya, PHE Jambi Merang mendorong terciptanya games edukasi Bocil Keling (Bocah Cilik Kelola Lingkungan) sebagai media advokasi pembelajaran sejak usia dini untuk peduli terhadap lingkungan sekitar mereka.

Aplikasi Bocil Keling bertujuan untuk membantu anak-anak dalam mengelola dan memilah sampah (organik, an-organik maupun sampah plastik) dengan lebih efisien secara menyenangkan. Pada pertengahan Oktober 2023, aplikasi tersebut telah dilakukan launching secara resmi bersama Field Manager PHE Jambi Merang dan Kepala Dinas Pendidikan Musi Banyuasin.

Satrio menjelaskan program Inovasi Sosial Kelas Berbagi memfokuskan kegiatan berbasis lingkungan dalam pengelolaan sampah plastik menjadi beragam bentuk atau produk.

"Selain dari pengelolaan sampah, dan program Bocil Keling (Bocah Cilik Kelola Lingkungan), program ini juga melakukan kegiatan berbasis lingkungan lainnya diantaranya terciptanya fasilitas ruang multimedia, bank sampah, School Art and Market, mushola hijau, penggunaan energi terbarukan (solar cell), IPAL serta hutan sekolah dan tambahan peningkatan pengetahuan siswa terkait dokter kecil," katanya.

Field Manager PHE Jambi Merang juga mengapresiasi para pihak yang terlibat dalam Program Kelas Berbagi. Dia berharap program ini dapat membentuk siswa siswi kedepannya lebih handal dalam menjaga lingkungan sekitar serta program ini mampu menciptakan sinergitas antarkegiatan lingkungan didalamnya.

Kepala Sekolah SDN 2 Sukajaya Sukasmino menyampaikan bahwa inisiasi Program TJSL dari PHE Jambi Merang yang berkolaborasi dengan SDN 2 Sukajaya sudah berjalan dari 2019, banyak sekali erkembangan program inovasi yang diimplementasikan di sekolah.

"Program inovasi unggulan tahun ini adalah pemasangan Sollar Cell yang dimanfaatkan untuk hidroponik, penggerak filter air bersih dan listrik untuk inovasi yang ada di sekolah. Dari inovasi ini sekolah mendapatkan penghematan listrik untuk operasional di sekolah," ungkap Sukasmino.

Dia menambahkan, pada 2021 SDN2 Sukajaya sudah menjadi sekolah penggerak di Kabupaten Musi Banyuasin. Lahirnya Program Kelas Berbagi tak luput dari kontribusi stakeholder dan masyarakat yang terlibat.

Munculnya kelompok-kelompok baru menjadi bukti nyata bahwa program mampu memberikan dampak luas yang tidak hanya kepada warga sekolah. Kelompok tersebut adalah Kelompok Penggerak Peduli Lingkungan SDN 2 Sukajaya yang terdiri atas 94 siswa dan guru dan Paguyuban Hijau Lestari yang teridir dari 97 orang tua siswa.

Kelompok Penggerak Peduli Lingkungan SDN2 Sukajaya juga telah melakukan transfer knowledge ke SDN Mendis sehingga juga terbentuk Kelompok Penggerakan Peduli Lingkungan yang berjumlah 40 yang terdiri siswa dan guru.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI