Hasil survei tersebut cukup jelas. Perusahaannya, sambung dia, melihat penurunan yang signifikan pada biaya layanan mata uang asing dalam tahun-tahun terakhir di Indonesia, dari Rp 21,47 triliun pada 2018 menjadi Rp 15,09 triliun pada 2022. "Kami melihat ini sebagai evolusi dan tren di seluruh industri menuju transparansi yang lebih baik yang menguntungkan semua pihak,” imbuh Elian.
"Melalui kampanye ini, kami berharap untuk menginformasikan dan mendidik masyarakat mengenai transparansi, yang juga sejalan dengan tujuan jangka panjang kami untuk membantu orang-orang memindahkan dan mengelola uang dengan cara yang lebih cepat, murah, dan transparan,” tutupnya.