Suara.com - Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menanggapi perhitungan balik modal Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang diungkapkan Ekonom Senior Indef Faisal Basri.
Faisal Basri dalam perhitungannya memperkirakan bahwa balik modal proyek Kereta Cepat Whoosh bisa mencapai ratusan tahun.
Arya merasa heran dengan perhitungan Faisal Basri, sebab perhitungan itu menyamaratakan harga tiket Kereta Cepat saat ini hingga di masa depan.
"Yang dihitung oleh Faisal Basri dan kawan-kawan harga tiket tahun 2023 itu sama dengan harga tiket tahun 2090. Bukan saya katakan bahwa akan ada kenaikan-kenaikan,” ujarnya saat ditemui di Hotel Shangrila Jakarta, Rabu (18/10/2023).
Baca Juga: Pak Jokowi! Nasib Kereta Cepat Diramal Menyedihkan
"Aku tanya apakah harga tiket akan sama tahun 2023 sama 2090? Faisal Basri menghitung sama," imbuh dia.
Arya melanjutkan, seharusnya perhitungan balik modal juga mempertimbangkan inflasi ke depan. Selain itu, ada faktor kenaikan pendapatan masyarakat, kondisi ekonomi, dan lain-lain.
"Hitungannya dia nggak akan satu abad nggak akan tercapai karena dia hitung Rp 300 ribu hari ini sama Rp 300 ribu tahun 2090 gitu loh. Dan semua pengamat hitungannya seperti itu," kata dia.
Sebelumnya, Faisal Basri ikut menghitung balik modal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. Hasilnya, proyek kerja sama antara Indonesia dengan China tersebut bisa balik modal hingga ratusan tahun.
Faisal Basri menjelaskan, perhitungannya berdasarkan tarif yang sebesar Rp 300 ribu per orang, tanpa sekitar 3,4%, serta tanpa menghitung ongkos operasional, sehingga butuh waktu hingga 48,3 tahun agar bisa mengembalikan modal sebesar Rp 114 triliun.
Baca Juga: Beli Tiket Whoosh Gampang Lewat Aplikasi Mobile Banking Mandiri dan BNI
"Biaya operasi nggak dihitung, tapi nggak ada juga pendapatan dari non operasional, kios-kios gitu ya. Jadi nilai investasinya Rp 114 triliun. Pendapatan dari penumpang setiap tahun Rp 2,36 triliun. Ini butuh waktu 48,3 (tahun) tanpa ongkos operasi tanpa macam-macam, tanpa bayar bunga. Tapi kan ini janji surga, asumsinya surga," ujarnya saat menghadiri diskusi dengan tema Beban Utang Kereta Cepat di APBN di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (17/10/2023).
Selanjutnya, tutur Faisal, perhitungan itu bisa diasumsikan, jika memang kapasitas kereta terisi penuh penumpang atau 601 penumpang.