Suara.com - Profil Firli Bahuri sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diliputi dengan segudang kontroversi. Salah satunya yakni foto yang memerlihatkan dirinya bersama eks menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo yang kini terjerat kasus korupsi.
Selain itu juga kenaikan harta kekayaan yang tercantum dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Dalam rentang waktu satu tahun sejak 2021 – 2022, harta Firli bahkan naik hingga Rp2 miliar.
Laporan terakhir pada Februari 2023 menyebutkan bahwa total harta Firli Bahuri mencapai Rp22.864.765.633 (Rp22,8 miliar). Padahal, setahun sebelumnya total harta Firli senilai Rp20.716.990.685 (Rp 20,7 miliar).
Aset Firli Bahuri berupa tanah dan bangunan menyentuh nilai Rp10.443.500.000 yang tersebar di Kota Bekasi Jawa Barat dan Kota Bandar Lampung. Firli juga menyimpan sejumlah aset berupa kendaraan bermotor berjenis Honda Vario, Yamaha N-Max, mobil Toyota Innova Venteurrer, Toyota Camry, dan Toyota LC 200. Keseluruhan kendaraan bermotor yang disimpan di garasi Firli senilai Rp1.753.400.000. Purnawirawan Polri ini juga menyimpan harta kas dan setara kas sebesar Rp10.667.865.633. Di samping itu, Firli tidak memiliki utang.
Baca Juga: Dua Sisi Syarul Yasin Limpo: Dulu Dapat Penghargaan KPK, Kini Resmi Jadi Tersangka Korupsi
Karier Firli Bahuri dimulai setelah dirinya lulus dari Akademi Kepolisian pada 1990. Pria kelahiran Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan, 8 November 1963 pernah menjabat sebagai Kapolres Persiapan Lampung Timur pada tahun 2001.
Pada tahun 2005, Firli menjabat sebagai Kasat III Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Di tahun 2006-2007 Firli menjabat sebagai Kapolres Kebumen dan Kapolres Brebes. Firli kembali ke Polda Metro Jaya dan menjabat sebagai Wakapolres Metro Jakarta Pusat pada 2009. Pada tahun 2010, Firli menjadi bagian dari Istana. Ia menjabat sebagai asisten pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pensiun dari aparat kepolisian, Firli diamanahi sebagai Ketua KPK. Namun, perjalanannya memimpin lembaga antirasuah ini memperoleh banyak kritik. Firli Bahuri dianggap melanggar etika anggota KPK gara-gara menggunakan helikopter mewah milik swasta pada 20 Juni 2020. Saat itu, Firli Bahuri melakukan perjalanan dari Palembang ke Baturaja, Sumatera Selatan.
Karenanya Firli diduga melanggar kode etik sekaligus pedoman perilaku 'integritas' yang tertuang dalam Pasal 4 ayat 1 huruf c atau Pasal 4 ayat 1 huruf n atau Pasal 4 ayat (2) huruf m dan/atau "Kepemimpinan" pada Pasal 8 ayat (1) huruf f Peraturan Dewan Pengawas KPK Nomor: 02 Tahun 2020. Pada Selasa (25/8/2020), Firli menjalani sidang etik yang dilakukan oleh Dewan Pengawas KPK. Firli juga dituding terlibat dalam kebocoran dokumen rahasia terkait dengan kasus korupsi di lingkup Kementerian ESDM yang disebarkan ke pihak eksternal KPK.
Baca Juga: Hari Ini Balik ke Jakarta usai Resmi Tersangka, SYL Bakal Datangi KPK?
Tak cukup di situ, Firli telah memutuskan untuk memecat Direktur Penyelidikan KPK Brigjen Polisi Endar Priantoro dari jabatannya. Keputusan Firli disambut segudang pertentangan, terutama dugaan publik bahwa langkah tersebut didasari atas perbedaan sikap pada polemik penggunaan dana Formula E.
Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni