Suara.com - Bank Sentral Israel berupaya mencari strategi untuk menjaga mata uangnya Shekel agar tidak anjlok akibat serangan Hamas. Salah satunya, dengan menggelontorkan cadangan devisa negara USD 30 miliar atau setara Rp 465 triliun (dengan asumsi kurs Rp 15.500).
"Bank sentral akan beroperasi di pasar pada periode mendatang untuk mengurangi volatilitas nilai tukar shekel dan menyediakan likuiditas yang diperlukan agar pasar dapat terus berfungsi dengan baik," tulis bank sentral dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari CNBC, Senin (9/10/2023).
Adapun, semenjak adanya serangan itu, mata uang Shekel Israel melemah 1,63% dengan nilai tukar 3,90 terhadap dolar AS. Nilai ini merupakan yang terlemah dalam tujuh tahun belakang.
Kemudian, bank sentral juga akan menyediakan likuiditas ke pasar melalui mekanisme SWAP di pasar hingga mencapai USD 15 miliar.
Baca Juga: Laporan IMF: Kenaikan Nilai Tukar Dolar AS Berdampak Buruk Pada Negara Berkembang
"Bank sentral Israel akan terus memantau perkembangan, melacak semua pasar, dan bertindak dengan alat yang tersedia jika diperlukan," kata Bank Sentral.
Sebelumnya, Perang Hamas vs Israel yang berlangsung sejak Sabtu (7/10/2023) menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas.
Menurut laporan dari pejabat keamanan Israel, lebih dari 700 warga Israel tewas sejak serangan digencarkan.
Sementara, di kota Gaza, ada 413 orang tewas dan 2.300 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara dari militer Israel.
Baca Juga: Penjualan Ritel AS Picu Nilai Tukar Dolar Menguat Signifikan