Suara.com - Emiten kontraktor batu bara PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID) mencatatkan meraup laba bersih sebesar US$5 juta atau setara dengan Rp77,63 miliar (Rp15.000) pada semester I tahun ini.
Mengutip laporan keuangan perseroan Minggu (1/10/2023) total pendapatan meningkat menjadi USD0,86 miliar (Rp13,35 triliun), meningkat signifikan sebesar 19% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Begitu juga dengan kinerja operasional yang kuat ditunjukkan dengan menghasilkan 286 juta bank cubic meter (bcm), peningkatan volume overburden (OB) sebesar 10% YoY, dan 42 juta metrik ton (MT) batu bara, peningkatan produksi batu bara sebesar 2% YoY.
Sementara EBITDA naik menjadi USD175 juta (Rp2,71 triliun), meningkat 7% YoY, menunjukkan kekuatan operasional Grup.
Baca Juga: Joss! Hexindo Adiperkasa Bakal Tebar Dividen Rp619 Miliar ke Investor
Terlepas dari tantangan industri, DOID mempertahankan marjin yang kuat, dengan sedikit penurunan sebesar 3% YoY, yang terutama disebabkan oleh tekanan inflasi dalam operasional di Indonesia.
Dian Andyasuri, Direktur Delta Dunia Group mengatakan di tengah tantangan yang berat, perseroan tidak hanya berhasil melewati badai tetapi juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan.
"Hasil di semester I 2023 mencerminkan transformasi bisnis utama kami, seiring dengan upaya diversifikasi sumber pendapatan," kata Dian.
Pada semester pertama tahun ini, lanjut Dian perseroan mencapai perubahan signifikan dalam komposisi pendapatan, dengan batu bara Metalurgi dan Infrastruktur berkontribusi sebesar 18%, menandai langkah signifikan untuk mengurangi proporsi pendapatan yang berasal dari produksi batu bara termal, yang sekarang mencapai 82%.
Sementara itu laba bersih sedikit menurun menjadi USD5 juta (Rp77,63 miliar), turun 13% YoY, sebagian besar disebabkan peningkatan pendanaan yang lebih tinggi akibat dari kenaikan London Inter-Bank Offered Rate (LIBOR).
Baca Juga: Bikin Geleng-geleng! Emiten Emas Sandiaga Uno Gigit Jari Kantongi Rugi Rp762,6 Miliar
Sedangkan belanja modal (Capex) sebesar USD44 juta (Rp683,14 miliar), penurunan sebesar 47% YoY, hasil keberhasilan penyelesaian beberapa proyek di Indonesia.
Arus Kas Operasional (OCF) meningkat menjadi USD143 juta (Rp2,22 triliun) karena peningkatan EBITDA sehingga menghasilkan Arus Kas Bebas (FCF) yang positif sebesar USD105 juta (Rp1,63 triliun).
Saldo kas sebesar USD218 juta (Rp3,38 triliun) pada akhir semester I 2023.
Dari sisi kesehatan keuangan yang kuat dengan rasio Utang Bersih terhadap EBITDA sebesar 1,99x, terendah dalam lima tahun terakhir, mencerminkan manajemen keuangan yang hati-hati dan disiplin dalam industri yang padat modal.