Rupiah Terkapar! Nasibnya Bikin Ngenes Sore Ini

Rabu, 27 September 2023 | 15:45 WIB
Rupiah Terkapar! Nasibnya Bikin Ngenes Sore Ini
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Rabu (27/9/2023) harus terkapar tak berdaya. Nasib mata uang garuda ini bikin ngenes dengan sejumlah mata uang Asia lainnya.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Rabu (27/9/2023) harus terkapar tak berdaya. Nasib mata uang garuda ini bikin ngenes dengan sejumlah mata uang Asia lainnya.

Rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp15.520 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan hari ini melemah 0,19% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp15.490 per dolar AS.

Sementara di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ada di Rp15.526 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (27/9), melemah 0,40% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.464 per dolar AS.

Untungnya Rupiah tak sendiri mengalami pelemahan, pasalnya sejumlah mata uang Asia seperti Baht Thailand mencatat pelemahan terdalam yakni 0,41%, disusul ringgit Malaysia yang melemah 0,32%, rupiah melemah 0,19%, dolar Taiwan melemah 0,07%, won Korea melemah 0,04%, dolar Singapura melemah 0,03% terhadap dolar AS.

Baca Juga: Alhamdulillah, Modal Asing Rp 1,67 Triliun Masuk ke Dalam Negeri Selama Minggu ke-IV September

Pengamat Pasar Uang dan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah terdorong sentimen eksternal dan internal. Dari eksternal, dolar AS terpantau tetap stabil mendekati level tertinggi baru dalam 10 bulan di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga AS, sementara euro dan sterling jatuh ke posisi terendah dalam enam bulan.

Nada hawkish dalam pertemuan Federal Reserve baru-baru ini telah dikonfirmasi oleh para pejabat Fed dalam beberapa hari terakhir, karena mereka menandai kemungkinan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut setelah menghentikan siklus kenaikan suku bunga pada minggu lalu.

"Hal ini telah membuat imbal hasil Treasury AS melonjak dalam beberapa hari terakhir karena para pedagang menyesuaikan diri dengan kondisi moneter yang tetap ketat lebih lama dari perkiraan semula," ujar Ibrahim dikutip Rabu (27/9/2023).

Imbal hasil acuan 10-tahun US Treasurt terakhir berada di 4,5255%, setelah mencapai level tertinggi 16-tahun di 4,5660% di sesi sebelumnya, mengakibatkan indeks dolar naik ke level yang terakhir terlihat pada November tahun lalu.

Sementara sentimen di kalangan konsumen Jerman diperkirakan akan turun pada bulan Oktober, dengan indeks sentimen konsumen lembaga GfK turun menjadi -26,5 menjelang bulan Oktober dari sedikit revisi -25,6 pada bulan September.

Baca Juga: Bos BI Ungkap Alasan Rupiah Keok Lawan Dolar AS

Sentimen Internal Rupiah

Dari internal, sentimen datang dari kenaikan harga minyak mentah dunia akibat dihentikannya ekspor bemsin dan solar dari Rusia ke Eropa dan Inggris membuat harga bensin dan solar terus mengalami kenaikan apalagi sebentar lagi akan memasuki musim dingin yang ekstrim di bulan November 2023 membuat harga-harga komoditas yang lainnya ikut merangkat naik dan akan berdampak terhadap inflasi inti.

Begitu pula Indonesia yang saat ini masih melakukan impor Minyak mentah sehingga kebutuhan dolar untuk impor minyak mentah terus meningkat akibat penguatan dolar..

Di sisi lain pemerintah juga mengantisipasi permintaan dolar yang cukup besar bersamaan akhir kuartal ketiga 2023 dimana banyak Perusahaan yang listing di bursa baik Perusahaan plat merah maupun swasta harus membagi deviden untuk investor.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI