Suara.com - Menjadikan minyak dan gas bumi (migas) sebagai sektor yang berkelanjutan perlu terus diusahakan sejalan dengan upaya dekarbonisasi sektor energi.
Vice President Pertamina Energy Institute, Hery Haerudin, berpendapat, upaya meningkatkan kesadaran untuk menekan emisi karbon dari proses produksi migas bisa dijalankan bersamaan dengan usaha menjaga ketahanan energi.
“Kita tidak bisa punya industri yang maju dan ekonomi maju tanpa (ketahanan) energi,” kata Hery di sela acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2023 ditulis Rabu (27/9/2023).
Hery menjadi narasumber diskusi bertema “Accelerating Decarbonization in Oil & Gas Sector”.
Sejalan dengan cita-cita RI untuk menjadi negara maju sebelum tahun 2045 maka dibutuhkan kinerja industri dan perekonomian yang baik. Sejalan dengan ini, juga diperlukan pasokan energi.
Menurut Hery, kini adalah fase Indonesia harus memanfaatkan energi yang ada secara efisien bersamaan dengan mencari alternatif sumber energi murah dan bersih.
“Jadi (dekarbonisasi dan ketahanan energi) bukan merupakan suatu dilema, kita jalankan bersama-sama,” ucap Hery.
Pertamina memiliki dua strategi untuk mencapai dekarbonisasi. Pertama adalah dekarbonisasi bisnis.
“Apabila ada yang bisa kita ganti dengan semua energi terbarukan, misalnya perkantoran mulai menggunakan panel surya dan kendaraan operasional diganti ke listrik, sebagian seperti itu,” kata Hery.
Kedua adalah membangun bisnis hijau. Cara yang ditempuh untuk memunculkan lebih banyak usaha yang rendah emisi, ramah lingkungan, dan bisa melayani kebutuhan energi pada masa depan.