Indonesia Dinilai Berhasil Perkuat Sektor Kesehatan Hewan dan Sistem Pangan, FAO dan WOAH Serahkan Penghargaan

Sabtu, 23 September 2023 | 11:55 WIB
Indonesia Dinilai Berhasil Perkuat Sektor Kesehatan Hewan dan Sistem Pangan, FAO dan WOAH Serahkan Penghargaan
Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal dan Mentan, Syahrul Yasin Limpo. (Dok: Kementan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pangan Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (World Organisation for Animal Health/WOAH) memberikan penghargaan kepada pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian (Kementan). Indonesia dinilai berhasil mengembangkan peternakan dan mengupayakan kesehatan hewan.

Penghargaan pertama dari FAO diberikan kepada Indonesia atas kontribusi dan upaya dalam konservasi dan pengembangan Plasma Nutfah Sapi Bali selama 13 tahun terakhir (2010-2022). Penghargaan kedua diberikan atas capaian kinerja dalam pengendalian Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) di Indonesia selama lebih dari satu dekade.

Sementara, penghargaan ketiga diberikan oleh WOAH karena Indonesia dinilai sukses dalam mengendalikan penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal menyampaikan secara langsung letter of appreciation atau surat penghargaan kepada Kementan.

Baca Juga: Kementan Gerak Cepat Antisipasi Perubahan Iklim Akibat El Nino

FAO menilai, Indonesia telah memberikan hasil dan kemajuan luar biasa dalam memperkuat sektor kesehatan hewan dan sistem pangan Indonesia.

“Kami berterimakasih kepada Menteri Pertanian Indonesia, yang telah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa,” ungkap Rajendra, saat hadir pada acara puncak peringatan Bulan Bhakti Peternakan dan Kesehatan Hewan ke 187 di Asrama Haji Donohudan-Boyolali, Jumat (22/9/2023).

Rajendra menyebutkan, keberhasilan Indonesia dalam pengembangan peternakan, khususnya pelestarian Sapi Bali telah mampu menjadi primadona ternak potong Indonesia. Begitupun dalam pengendalian penyakit flu burung. Indonesia dinilai berhasil mengendalikan penyakit flu burung hingga satu dekade.

“Indonesia telah berhasil mendemonstrasikan good practices. Dengan praktik itu, Indonesia memiliki peran besar di kancah global. Praktik yang telah dijalankan Indonesia ini perlu diperkenalkan di tingkat dunial,” tuturnya.

Selain itu, Rajendra juga menyoroti keberhasilan Indonesia mengendalikan penyebaran PMK. Menurutnya, keberhasilan Indonesia tersebut perlu mendapat apresiasi.

Baca Juga: Petani di Wajo Diminta Manfaatkan Embung untuk Hadapi El Nino

”Itu (pengendalian PMK) tidak mudah karena PMK seperti halnya virus covid 19 terhadap binatang. Penyebarannya sangat cepat dan mudah. Sehingga kami mewakili WOAH, memberikan penghargaan kepada Indonesia atas keberhasilan pengendaliannya,” jelas Rajendra.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebutkan, terdapat peran banyak pihak sehingga Indonesia bisa menunjukkan kemampuan dalam pengembangan sapi lokal Indonesia, serta dalam pengendalian penyakit Flu Burung dan PMK.

“Keberhasilan kita tidak bisa dilepaskan dari kiprah para petani dan peternak, petugas, akademisi, serta sinergi lintas sektoral,” ungkap SYL.

Lebih lanjut SYL menyampaikan, dunia saat ini dihadapkan pada tantangan serius yaitu ancaman El Nino dan perubahan iklim yang berdampak pada ketahanan pangan.

“Oleh karena itu, perlu program-program terobosan untuk solusi bersama yang harus terus dilakukan oleh masyarakat global, termasuk Indonesia,” tegas SYL.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah menyampaikan, untuk mitigasi dampak el nino dan ancaman krisis pangan global, Indonesia harus menerapkan sistem pertanian terintegrasi dari hulu-hilir, melalui sinergi dengan berbagai pelaku usaha. Ia menjelaskan, Kementerian Pertanian telah menyusun strategi dalam menghadapi krisis pangan dunia.

Pertama, peningkatan kapasitas produksi pangan untuk komoditas daging sapi, kerbau, ayam ras, ayam buras, dan babi. Kedua, pengembangan pangan substitusi impor seperti daging domba/kambing dan itik untuk substitusi daging sapi. Ketiga, peningkatan ekspor seperti sarang burung walet, ayam, dan telur.

“Kami memberikan perhatian serius pada program peningkatan pangan asal ternak untuk memenuhi masyarakat Indonesia dan dunia," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI