Suara.com - Posisi geografis Indonesia dinilai sangat strategis bagi perdagangan energi dunia, utamanya gas dan LNG. Faktor ini bahkan menjadi faktor penarik utama perusahaan migas global untuk berinvestasi di Indonesia.
President of SPA for Asia Pacific Region, ENI Ciro Antonio Pagano mengatakan, di tengah gejolak geopolitik yang menyebabkan pasokan gas dari Rusia seret ke negara-negara Eropa, Indonesia berpotensi menjadi negara yang memiliki posisi strategis untuk memenuhi kebutuhan gas dunia.
“Secara geografis, Indonesia menarik, karena memiliki potensi minyak dan gas yang besar,” katanya, ketika menjadi Keynote International ‘IOCs strategic roadmap for investments’ di The 4th International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas ICIUOG 2023, di Nusa Dua, Bali ditulis Jumat (22/9/2023).
Posisi Indonesia strategis karena dikelilingi oleh pembeli besar seperti Jepang, Korea, dan China. Pada sisi lain, kebutuhan gas di pasar domestik juga tinggi, sehingga membuat Indonesia, juga menjadi pasar gas yang potensial.
Baca Juga: Menteri ESDM Arifin Tasrif Ajak Jaga Tren Positif Investasi Hulu Migas
ENI adalah salah satu perusahaan yang melakukan investasi besar-besaran di Indonesia. Keseriusan ENI ditunjukkan melalui aksi korporasi yang dilakukan pada Juli 2023, ketikak perusahaan mengakuisisi hak pengelolaan Chevron di proyek migas Indonesia Deepwater Development (IDD).
“Juli lalu ENI dan Chevron telah menandatangani pengambilalihan Kutai Basin. Langkah ini menjadi langkah penting bagi pengembangan proyek IDD, sekaligus menjadi konsolidasi besar untuk pengembangan Lapangan Gas Kalimantan Timur. Kami akan perluas eksplorasi di Kutai Basin dan berharap mendapatkan temuan cadangan gas yang akan digunakan untuk untuk mendukung transisi energi. Karena itu, kita akan terus investasi di Indonesia,” ujarnya.
Gary Selbie, President Director of Premier Oil Natuna Sea BV (a Harbour Energy company) sekaligus President of the Indonesian Petroleum Association (IPA), mengatakan pihaknya juga terus merasakan manfaat berinvestasi di Indonesia. Salah satunya alasannya karena pemerintah memberikan banyak insentif fiskal yang lebih fleksibel bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
“Jadi kita perpanjang produksi dari field (lapangan) kita. Kami juga senang karena pemerintah memberikan insentif fiskal yang memberi kita peluang untuk mengembangkan lapangan yang tadinya marjinal. Kita akan tanda tangan pekan ini,” ujarnya.
Gery mengatakan Harbour Energy akan melakukan serangkaian kegiatan pengeboran eksplorasi di wilayah Andaman, termasuk appraisal wells yang akan dimulai bulan depan. Selain itu, pihaknya juga akan sedang dalam proses dalam menyelesaikan isu di Blok Tuna, di mana mitranya dari Russia mundur.
Baca Juga: Peningkatan Produksi Migas Harus Sejalan dengan Pengurangan Emisi Karbon
Meski betah berinvestasi di Indonesia, Gery berharap pemerintah bisa mendongkrak investasi migas dengan menerapkan regulasi terkait harga gas domestik. “Karena 50 persen lapangan gas yang belum dikembangkan di Indonesia sebenarnya ekonomis untuk dikembangkan di Indonesia,” ujarnya.