Suara.com - Pergerakan harga minyak dunia makin panas saja akhir-akhir ini. Pada hari Senin (18/9/2023) kemarin saja telah mendekati $95 per barel di awal sesi.
Kondisi ini dikarenakan karena ekspektasi defisit pasokan yang berasal dari pengurangan produksi yang berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia serta lemahnya produksi minyak serpih melebihi kekhawatiran terhadap permintaan.
Mengutip Reuters, Selasa (19/9/2023) patokan minyak global, minyak mentah berjangka Brent ditutup 50 sen lebih tinggi pada US$94,43 per barel setelah naik setinggi US$94,45. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 71 sen menjadi US$91,48.
Arab Saudi dan Rusia bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun.
Baca Juga: Bendera Arab Saudi Dijadikan Desain Rok Mini, Desainer Ini Diserang Netizen
Sementara itu, produksi minyak AS dari wilayah penghasil serpih terbesar juga diperkirakan turun selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Oktober ke level terendah sejak Mei 2023, menurut Badan Informasi Energi AS dalam laporan bulanannya.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman pada hari Senin membela pemotongan pasokan pasar minyak oleh OPEC+, dengan mengatakan bahwa pasar energi internasional memerlukan regulasi yang lebih ringan untuk membatasi volatilitas, sekaligus memperingatkan ketidakpastian mengenai permintaan Tiongkok, pertumbuhan Eropa, dan tindakan bank sentral untuk mengatasi inflasi.
Brent dan WTI telah naik selama tiga minggu berturut-turut dan menyentuh level tertinggi sejak November dan berada di jalur kenaikan kuartalan terbesar sejak invasi Rusia ke Ukraina pada kuartal pertama tahun 2022.