Pengukuran Kualitas Udara di IQAir Dinilai Tak Akurat, Ini Alasannya

Achmad Fauzi Suara.Com
Senin, 18 September 2023 | 11:36 WIB
Pengukuran Kualitas Udara di IQAir Dinilai Tak Akurat, Ini Alasannya
Bidik layar terkait prakiraan polusi udara dan cuaca per jam di Jakarta. (www.iqair.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria membeberkan alasan pengukuran kualitas udara di aplikasi IQAir dinilai tidak akurat. Dia pun menyoroti, peletakan alat detektor polusi udara yang dipasang oleh IQAir, produsen air purifier dari Swiss.

Menurutnya, detektor polutan tersebut rata-rata terpasang pada air purifier yang dibeli oleh masyarakat atau pabrik.

"Air purifier itu nggak mungkin dong diletakkan di ruangan yang sudah sehat. Alat itu diletakkan pada ruangan seperti gudang yang tertutup, berdebu serta dengan kualitas udara ruangan yang buruk," ujar Sofyano yang dikutip, Senin (18/9/2023).

Dari pemasangan alat detektor yang terpasang pada air purifier yang diletakkan di gudang itu, detektor mengirim data secara online ke dashboard yang dimiliki oleh IQAir.

Baca Juga: Pengamat Sebut Kurangi Polusi Udara Lewat WFH Bisa Tekan Pertumbuhan Ekonomi

"Jadi yang tertera udara tidak sehat itu ya antara lain di gudang yang sebenarnya sudah terpasang air purifiernya," jelas dia.

Dengan demikian, website IQAir itu seolah-olah membuat kualitas udara terlihat buruk sekali. Hal itu membuktikan, papar Sofyano, bahwa sejumlah data yang dirilis produsen air purifier itu mempunyai tujuan bisnis. "Ya biar publik membeli produknya," ungkapnya.

Belakangan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto sadar bahwa situs informasi kualitas udara dunia IQAir memiliki data yang tak akurat. Sebab, alat pemantau kualitas udara milik situs itu disebut ditempatkan di lokasi yang tidak sesuai dengan kajian.

"Alatnya ditempatkan tidak dengan sebuah kajian, tidak (sesuai) kriteria penempatan alat. Memang misalnya kita beli ya kita bebas tempatkan di mana, ngasal saja," imbuh dia.

Sementara, Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mengatakan peletakan dan pemasangan alat pendeteksi polutan yang tidak sesuai dengan aturan tersebut mengakibatkan hasil pengukuran kualitas udara tidak akurat.

Baca Juga: Bisnis Mal Mulai Pulih, LPKR Potensi Cuan

"Untuk di ruang publik seperti taman kota, trotoar jalan protokol, serta persimpangan jalur padat itu ada aturannya. Pemasangan alat monitoring polusi udara itu seharusnya ditempatkan berapa meter di atas tanah," kata dia.

Agus menjelaskan, jika salah meletakkan sensor pendeteksi polusi, maka hasil pengukuran kualitas udara yang akan muncul juga salah. "Pasti hasilnya kualitas udara buruk, karena alatnya diletakkan sejajar dengan sumber polusi," beber dia.

Diakui, buruknya kualitas udara Jakarta memang berasal dari penggunaan moda transportasi dengan catatan polutan mencapai lebih dari 44%. Data KLHK juga menyebutkan tidak kurang dari 44% polusi udara disumbang dari emisi kendaraan bermotor, disusul industri 31%, manufaktur 10%, perumahan 14% dan komersial 1%.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Yamaha Nekat Produksi Motor 2 Tak Lagi, Ternyata Ini Alasannya
Yamaha Nekat Produksi Motor 2 Tak Lagi, Ternyata Ini Alasannya
Saipul Jamil Tak Kunjung Dibebaskan Meski Negatif Narkoba, Ini Alasannya
Saipul Jamil Tak Kunjung Dibebaskan Meski Negatif Narkoba, Ini Alasannya
Bunda Corla Nilai Fuji Tak Cocok dengan Aisar Khaled, Ini Alasannya
Bunda Corla Nilai Fuji Tak Cocok dengan Aisar Khaled, Ini Alasannya
Pemecatan Shin Tae-yong Dikaitkan dengan Gibran, Publik: Mending Ganti Wapres
Pemecatan Shin Tae-yong Dikaitkan dengan Gibran, Publik: Mending Ganti Wapres
Prank Awal Tahun? Shin Tae-yong Bukan Dipecat, Tapi Naik Jabatan Ini
Prank Awal Tahun? Shin Tae-yong Bukan Dipecat, Tapi Naik Jabatan Ini
Umi Pipik Larang Adiba Khanza Tinggal Satu Rumah dengannya Setelah Menikah, Alasannya Dinilai Bijaksana
Umi Pipik Larang Adiba Khanza Tinggal Satu Rumah dengannya Setelah Menikah, Alasannya Dinilai Bijaksana

TERKINI