Puskepi: Publik Jangan Salah Kaprah, Kerugian Negara Rp 14,2 T dari Polusi Udara Masih Asumsi

Achmad Fauzi Suara.Com
Jum'at, 15 September 2023 | 09:56 WIB
Puskepi: Publik Jangan Salah Kaprah, Kerugian Negara Rp 14,2 T dari Polusi Udara Masih Asumsi
Suasana Jakarta yang terlihat samar karena polusi udara difoto dari atas Gedung Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jakarta, Selasa (25/7/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (puskepi), Sofyano Zakaria meminta agar publik tidak salah kaprah soal kerugian negara sebesar Rp 14,2 triliun dari polusi udara. Pasalnya, nilai kerugian ini masih asumsi.

"Sekarang lagi banyak informasi beredar tentang data risiko kerugian finansial sebesar Rp14,2 triliun dan ancaman kesehatan, bahkan risiko kematian kepada 1.470 orang akibat buruknya kualitas udara. Data itu tidak benar, dan itu hanya asumsi," ujarnya yang dikutip, Jumat (15/9/2023).

Data tersebut, paparnya, dilansir oleh Centre for Research on Energy and Clean Air/CREA yang kredibilitasnya dipertanyakan. "Selain kredibilitas, organisasi itu juga tidak jelas mengkaji dengan metode dan alat apa. Jadi datanya tidak valid," imbuh dia.

Menurut Sofyano, polusi udara di Jakarta terjadi karena cuaca akibat El Nino. "Asap kendaraan terjebak panas sehingga susah terurai. Nanti juga selesai kalau turun hujan," beber Sofyano.

Baca Juga: Ahli Emisi Nilai Hasil Kajian CREA Soal Penyebab Polusi Udara Tidak Valid

Sofyano mengatakan, hal itu terbukti saat pemerintah melakukan rekayasa atau modifikasi cuaca beberapa hari belakangan.

"Kita sama-sama tahu, kalau langit Jakarta cerah karena polutan berhasil diurai oleh water mist hasil rekayasa cuaca," kata dia.

Sekali lagi, Sofyano mengimbau kepada masyarakat untuk tidak terlalu khawatir soal angka dan risiko Kesehatan yang di-publish oleh CREA. "Itu hanya asumsi yang dibesar-besarkan. Mungkin mereka juga tidak bisa membuktikannya," jelas dia.

Menurut Sofyano, organisasi yang mem-publish data itu jualan alat. Jadi wajar kalau menggunakan risiko kesehatan dan kerugian yang bombastis agar masyarakat membeli alat dari mereka. Tak hanya CREA, Sofyano juga menyoroti terkait dengan output kualitas udara yang yang dirilis real time oleh IQAir.

"Website itu seolah-olah membuat kualitas udara terlihat buruk sekali. Mereka beranggapan bahwa masyarakat akan membeli produknya jika ingin kualitas udaranya baik," beber dia.

Baca Juga: Dewan Proper KLHK Bingung Perhitungan Asumsi Kerugian Negara Rp 14,7 T dari PLTU

Sofyano menjelaskan bahwa IQAir merupakan produsen air purifier atau alat pemurni udara dari Swiss. "Harganya mahal, bisa di cek di internet. Hal itu membuktikan bahwa rilis risko kerugian negara dan risiko kesehatan itu mempunyai tujuan bisnis," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI