Suara.com - PT Angkasa Pura II atau AP II mulai menggunakan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk mengelola Bandara. AI ini digunakan pada aspek pelayanan, operasional dan komersial bandara yang bertajuk 'Digital Collaboration: Sky Horizon 2023'.
President Director AP II Muhammad Awaluddin mengatakan Sky Horizon 2023 ini merupakan bagian dari program Digital Exploration (DX). Menurut dia, kekinian, pemanfaatan AI di sektor kebandarudaraan nasional tidak bisa dihindari.
"AP II adalah operator bandara di Indonesia yang pertama kali masuk dalam diskusi pemanfaatan AI untuk transportasi udara khususnya kebandarudaraan. Pada tahap awal pemanfaatan AI di bandara ini, AP II mendorong kolaborasi dan resource sharing," ujar Awaluddin yang dikutip Jumat (8/9/2023).
Sementara, EGM Bandara Soekarno-Hatta, Dwi Ananda mengatakan, pemanfaatan AI dapat meningkatkan standar operasi, fasilitas, pelayanan dan komersial di bandara. Sebagai contoh, pemanfaatan AI bisa meningkatkan lalu lintas penerbangan dan menjadikan alur (flow) penumpang pesawat di terminal bandara semakin efektif dan efisien.
Baca Juga: Ramai-ramai BUMN dan Swasta Garap Bisnis Baru Perdagangan Karbon
"Begitu juga dengan fasilitas, meskipun saat ini sudah ditunjang berbagai teknologi, namun melalui AI kami ingin fasilitas dapat lebih efisien dan optimal dalam hal pemeliharaan, penggunaan energi, dan serta menghadirkan layanan secara lebih personalisasi," jelas dia.
Selanjutnya, untuk aspek komersial, pemanfaatan AI dapat dapat membuat bandara AP II menghadirkan layanan yang lebih spesifik bagi pelanggan misalnya menghadirkan ritel sesuai keinginan pelanggan.
"Dengan AI, kami bisa menganalisa secara efektif secara menyeluruh ke semua aspek, tanpa perlu effort yang banyak lagi untuk memilah data, menyalin data, dan mengolah data," kata Dwi.
Pada aspek operasional bandara, AI juga dapat meningkatkan optimalisasi penggunaan slot time di Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan bandara terbesar di Indonesia. Bandara Soekarno-Hatta memiliki kapasitas slot time (ketersediaan waktu terbang keberangkatan dan kedatangan) sekitar 1.300 per hari, di mana selama ini analisis dilakukan dengan banyak menghabiskan sumber daya waktu dan tenaga.
"Apabila kami bisa memanfaatkan AI advanced analytics dalam analisis ini maka hasil dapat lebih cepat dengan tingkat keakuratan tinggi sehingga bisa cepat mendukung kami dalam mengambil kebijakan optimal seperti pembagian periode waktu penerbangan, mengakomodir permintaan, serta mendukung efektivitas penerbangan," tutur Dwi.
Baca Juga: Pemprov dan BUMN Keroyokan Olah Sampah Jadi Energi
Selain itu, pemanfaatan AI juga untuk meningkatkan pelayanan bagi penumpang pesawat. AI advanced analytics bisa mendukung AP II dalam melakukan passenger sentiment analytics, di mana perseroan bisa mengetahui secara akurat apa saja yang sebenarnya layanan, fasilitas dan ritel yang dibutuhkan penumpang pesawat selama di bandara.
"Ini dapat mendorong kami menciptakan layakan lebih personalisasi (personalized) dan bukan layanan untuk semua (fit for all)," pungkas Dwi.