Yang menarik di setiap persimpangan, pengemudi kendaraan diwajibkan berhenti sekitar 8 detik meskipun jalan dalam kondisi sepi.
Ketika ditanya kenapa aturan ini dibuat, jawabannya demi kelancaran dan keamanan transportasi kendaraan tambang. Selain itu kecepatan maksimal juga hanya diperbolehkan 40 km/jam saja.
Selama perjalanan kendaraan besar lain seperti Articulated Dump Truck (ADT), hilir mudik dilokasi tambang terbuka tersebut.
Selain itu pula tampak alat-alat besar seperti Concrete Batch Plant dan Belt Conveyor.
Di kanan-kiri lokasi tambang juga terlihat gunungan heap leach atau pelindihan batu-batu ini adalah proses tambang yang paling penting karena proses pemisahan tanah untuk diambil bijih emas dan peraknya yang menggunakan cairan sianida.
Dari informasi yang di dapat proses pengolahan tambang emas menggunakan bahan sianida dinilai lebih aman bagi penambang dan lingkungan sekitarnya. Tidak hanya ramah lingkungan, namun menggunakan sianida mampu memberikan hasil emas yang lebih banyak dari pada merkuri.
Dimana proses ekstraksi emas menggunakan merkuri hanya mencapai 40%, sedangkan sianida bisa mencapai hingga 91% sehingga emas yang dihasilkan lebih banyak.
Sepanjang perjalanan juga terlihat tiga dam raksasa tempat pengolahan limbah cair, dimana air yang tercampur sianida tersebut kembali dinetralkan hingga menghasilkan baku mutu yang telah ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebelum akhirnya dialirkan ke laut.
Pemantauan kualitas air ini dilakukan secara digital dari lokasi tambang ke pusat data pemantauan di KLHK, Jakarta secara real time.
Baca Juga: Daftar 26 Perusahaan Bakal IPO Dalam Waktu Dekat, Sektor Konsumer Terbanyak
Akhirnya, tidak lebih dari 30 menit melintasi jalanan menanjak dan berkelok di tanah berwarna merah, rombongan sampai di puncak Pit A.