Suara.com - Tambang Emas Tujuh Bukit adalah awal sejarah industri pertambangan logam yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat Jawa Timur, khususnya Banyuwangi. Ladang emas ini dikelola PT Bumi Suksesindo (BSI), anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
Tambang yang berada di Desa Sumberagung, Pesanggaran, Banyuwangi itu, memiliki Izin Usaha Pertambangan Operasi dan Produksi sejak 2012 atas lahan seluas 4.998 hektar di area hutan produksi. Sedangkan operasi tambang, hanya 992 dari 4.998 hektar.
Suara.com dengan beberapa media nasional lainnya berkesempatan untuk melihat secara langsung ladang cuan utama bagi emiten Group Saratoga tersebut pada Kamis (7/9/2023).
Sekitar pukul 10:00 Wib rombongan datang ke kantor operasional BSI langsung disambut dengan Direktur BSI Boyke Poerbaya Abidin dan General Manager of Operations BSI Roelly Fransza di kantor External Affairs BSI.
Baca Juga: Daftar 26 Perusahaan Bakal IPO Dalam Waktu Dekat, Sektor Konsumer Terbanyak
Sebelum memulai mendaki ke Tambang Emas Tujuh Bukit manajemen BSI terlebih dahulu memberikan tata cara dan peraturan atau safety induction agar kunjungan kali ini berjalan aman dan lancar.
Dalam sambutannya Direktur BSI Boyke Poerbaya Abidin mengatakan Tambang Emas Tujuh Bukit ini merupakan tambang yang mengedepankan sustainability atau keberlanjutan.
"Kami sangat concern terhadap ESG, ini terbukti dari naiknya rating kami di MSCI yang diakui dunia pertambangan dimana tahun ini kami naik dari BB ke BBB. Perusahaan tambang yang satu-satunya di Indonesia yang memiliki rating itu," kata Boyke.
Sekitar kurang lebih 35 menit Boyke memberikan pemaparannya tersebut barulah teman-teman media memulai melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan khusus tambang yang sangat besar bernama Manhauler.
Sebelumnya peserta rombongan diberikan Alat Pelindung Diri (APD) baik helm, rompi, kacamata pelindung hingga sepatu boots agar tetap aman dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca Juga: Saham Sektor Ini Bikin Cuan, OJK Buktikan Datanya
Selama perjalanan, belasan unit kendaraaan pikap double kabin hilir mudik di area tambang seluas 992 hektar itu yang mengangkut berbagai muatan.
Yang menarik di setiap persimpangan, pengemudi kendaraan diwajibkan berhenti sekitar 8 detik meskipun jalan dalam kondisi sepi.
Ketika ditanya kenapa aturan ini dibuat, jawabannya demi kelancaran dan keamanan transportasi kendaraan tambang. Selain itu kecepatan maksimal juga hanya diperbolehkan 40 km/jam saja.
Selama perjalanan kendaraan besar lain seperti Articulated Dump Truck (ADT), hilir mudik dilokasi tambang terbuka tersebut.
Selain itu pula tampak alat-alat besar seperti Concrete Batch Plant dan Belt Conveyor.
Di kanan-kiri lokasi tambang juga terlihat gunungan heap leach atau pelindihan batu-batu ini adalah proses tambang yang paling penting karena proses pemisahan tanah untuk diambil bijih emas dan peraknya yang menggunakan cairan sianida.
Dari informasi yang di dapat proses pengolahan tambang emas menggunakan bahan sianida dinilai lebih aman bagi penambang dan lingkungan sekitarnya. Tidak hanya ramah lingkungan, namun menggunakan sianida mampu memberikan hasil emas yang lebih banyak dari pada merkuri.
Dimana proses ekstraksi emas menggunakan merkuri hanya mencapai 40%, sedangkan sianida bisa mencapai hingga 91% sehingga emas yang dihasilkan lebih banyak.
Sepanjang perjalanan juga terlihat tiga dam raksasa tempat pengolahan limbah cair, dimana air yang tercampur sianida tersebut kembali dinetralkan hingga menghasilkan baku mutu yang telah ditentukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebelum akhirnya dialirkan ke laut.
Pemantauan kualitas air ini dilakukan secara digital dari lokasi tambang ke pusat data pemantauan di KLHK, Jakarta secara real time.
Akhirnya, tidak lebih dari 30 menit melintasi jalanan menanjak dan berkelok di tanah berwarna merah, rombongan sampai di puncak Pit A.
Dari sini hampir mata memandang terlihat lokasi yang begitu luas areal tambang, tepat di timur terlihat lautan luas dekat Pulau Merah. Kombinasi areal tambang yang jarang ditemukan karena berdekatan dengan laut.
"Biasanya lokasi tambang itu kan ada ditengah hutan diatas gunung. Tapi disini lokasi berbeda karena dekat dengan laut dan tempat pariwisata. Jadi ini yang bikin beda," kata General Manager of Operations PT BSI, Roelly Franza.
Selain emas dan perak kata dia saat ini BSI tengah melakukan eksplorasi mineral tambang lainnya yang di gadang-gadang menjadi masa depan BSI dan Merdeka Copper Gold yakni tembaga.
Menurut dia masa depan BSI ada di tambang bawah tanah itu. Sebab menurut kajian yang diterimanya, dari total 5 pit, cadangan mineral yang terekam di tambang bawah tanah cukup besar, yakni diestimasikan sebesar 1,9 milliar ton pada 0,45% tembaga dan 0,45g/t emas yang mengandung kira-kira 8,7 juta ton logam tembaga dan 28 juta oz emas.
"Makanya, masa depan kita ini ada di bawah. Karena masa tambangnya bisa sampai 40 tahun,” katanya.